Jumat, 06 Desember 2013

DINAMIKA KELOMPOK DAN KELOMPOK RUJUKAN


DINAMIKA KELOMPOK
DAN
KELOMPOK RUJUKAN



1.        Kelompok Rujukan

            Definisi kelompok menurut Homans (1950) ialah sejumlah individu berkomunikasi satu dengan yang lain dalam jangka waktu tertentu yang jumlahnya tidak terlalu banyka,sehingga tiap orang dapat berkomunikasi dengan semua anggota secara langsung.

Menurut saya kelompok ialah lebih dari dua individu yang saling berkumpul dan saling berinteraksi untuk suatu tujuan tertentu.
         
Kelompok rujukan (Reference Group) atau kelompok acuan adalah kumpulan individu yang secara nyata bergabung dengan tujuan mempengaruhi perilaku seseorang secara langsung atau tidak langsung. Dengan kata lain kelompok rujukan dapat dikatakan sebagai sumber pengambilan keputusan seseorang sebagai perbandingan dalam membentuk nilai dan sikap seseorang.
Contohnya ; seorang pembeli baju menanyakan harga dan kualitas terhadap dua baju yang berbeda kepada pelayan toko. Pelayan toko tersebut dimaksudkan sebagai kelompok rujukan, yang nantinya akan memberikan perbandingan dari segi kualitas dan juga harga agar pembeli dapat mengambil keputusan yang tepat sesuai dengan penilaian dan sikap pembeli itu terhadap kedua baju tersebut.  


2.       Keluarga dan Studi Perilaku Konsumen

keluarga sangat penting didalam kehidupan setiap manusia, karena jika tidak ada keluarga maka hidup terasa hampa dan tidak berarti. Demikian halnya didalam memilih produk yang akan digunakan secara bersama. Keluarga dan studi perilaku konsumen erat kaitannya dalam pengambilan keputusan terhadap pembelian suatu produk.
         
Contoh ; keluarga A sedang pergi ke salah satu pusat perbelanjaan , dan pada saat mereka ingin makan, salah seorang anggota keluarga tersebut menanyakan restoran yang mana yang akan mereka pilih. Hal ini akan menyebabkan keterlibatan setiap anggota keluarga A untuk berpikir dan mengambil keputusan yang baik. Pasti nya dalam pikiran mereka, mereka sebagai konsumen akan memilih restoran yang kualitasnya baik dengan harga yang relative murah. Setelah keluarga A tersebut memutuskan restorannya dan akhirnya mereka melakukan studi perilaku konsumen.
Maksud dari studi perilaku konsumen ialah konsumen melakukan pembelajaran dari hal yang sudah mereka lakukan dan kemudian konsumen akan memberikan penilaian terhadap kualitas produk.


3.      Variabel yang Mempengaruhi Pembelian

Sebagai konsumen saya sebelum menentukan pembelian dipengaruhi oleh beberapa factor, diantara nya adalah ;
1)    Factor budaya
Factor ini adalah factor penentu yang paling mendasar. Karena didalam factor budaya terdapat kumpulan nilai, pandangan, dan sikap khususnya dari keluarga konsumen sendiri. Factor ini terdiri dari budaya masyarakat, sub-budaya, dan kelas social ( tingkatan social). Sub-budaya pun dipengaruhi oleh ras, etnik, agama, kelompok, letak geografis.

2)   Factor social
Factor ini dipengaruhi oleh kelompok acuan, keluarga, peran dan status.

3)   Factor pribadi
Factor ini didasarkan dari karakter hidup konsumen seperti, pekerjaan, keadaan ekonomi, gaya hidup, kepribadian dan konsep diri pembeli.

4)   Factor psikologis
Factor ini muncul dari dalam diri individu.

4.       Siklus Kehidupan Keluarga dan Perilaku Pembelian

Keluarga mempengaruhi proses pembelajaran, sikap, persepsi dan perilaku orang – orang yang ada di dalamnya. Oleh kareana itu, konsumen secara langsung atau tidak langsung sangat dipengaruhi oleh keluaraga. Keluarga ditinjau dari persepektif lingkungan pengambilan keputusan, merupakan unit kecil pusat  pengambilan keputusan konsumen. Misalkan pemilihan tempat berlibur  dipengaruhi oleh anak – anak. Jadi keluaraga merupakan “kelompok” yang mempunyai pola pengambilan keputusan komplek karena melibatkan anggota keluarga, karena pengambilan keputusan sangat kompleks pola pengambilan keputusan yang terjadi antara keluaraga tentunya tidak sama. Keluaraga muda yang baru menikah  kurang dari enam bulan tentu akan berbeda dengan keluaraga yang memiliki anak yang duduk dibangku kuliah.       
          Siklus Kehidupan keluarga
          Menurt neightbor (1985) tahapan tugas dan masalah – masalah yang menjadi   isu penting dalam setap tahapan siklus kehidupan keluraga sbb:
  1. Tahap perkawinan
          pada tahap ini masing – masing mempunyai tugas untuk menyatu, menyelaraskan dan saling mengenal serta memahami pribadi masing – masing untuk bersama – sama membangun keluaraga.
2.Tahap Melahirkan anak
          Pada tahap ini anak lahir dan tugas utama adalah bagaimana menciptakan        suasana dan peran dengan adanya kehadiran anak.pada tahap ini bagaimana     dapat salingh berbagi dengan adanya kehadiran anak, mengatur kembali peran      masing -  masing, mana yang menjadi tugas suami dan mana yang menjdi tgas         istri mengasuh anak
3. Tahap membesarkan anak- anak memasuki sekolah dasar
          pada tahap ini tugas utamnya adalah emngasuh dan mendidik anak – anak. Pada          tahap ini tentang menyediakan lingkungan yang aman untukpertumbuhan anak      – anak, bagaimana menjdai orang tua yang baik, keterlibatan dengan      masyarakat, waktu yang lebih banyak untuk mencurahkan kepada anak -        anak,terutama untuk ibu dan bagaimana memberikan perhatian dan mengasuh     yang adil diantara anak -anak.
4.Membesarkan anak -anak usia remaja
          pada tahap ini orang tua mempunyai tugas penting dalam mengatur batasan – batasan yang boleh dan yang tidak boleh. Neighbour memberikan istilah orang          tua melakukan “boundary testing”. Isu yang penting tahap ini adalah tari –     meneraik antara mengendalikan dan memberikan kebebasan kepada remaja,         berusaha untuk mempunyai pengaruh karena adanya pembrontakan pada anak,    masalah individualisasi dan keinginan anak mulai dilepaskan
5.keluarga mulai melepaskan anak -anak
          Pada tahap ini anak – anak mulai menikah dan oarang tua mulai akan       ditinggalkan anak -anak.tugas orang tua adalah mempersiapkan anak -anaknya          siap untuk menghadapi kehidupan berkeluarga. Perubahan trasnsisi peran         yang dilakukan setelah anak -anak tinggal di rumah dengan peran anatara       ketika anak -anak berkeluaraga sendiri. Orang tua merasa an perlu           penyesuaian antara suami istri dengan kondisi baru.
6.Tahap – tahp pertengahan
pada tahap ini suami istri berusaha untuk melakukan evaluasi diri dan menilai kembali peran dan apa yang dilakukan masing – masing. Timbulnya krisis tengah baya, p[erasaan puas atau sebaliknya munculnya kekecewaan, menerima keterbatasan, perubahan citra diri, antisipasi terhadap mas apensiun atau bahkan mulai ditinggalkan oelh oarang tua karena meninngal
7.Usia tua
Pada tahap ini tugas yang dilakukan adalah menghadapi kematian.isu-isu penting timbul adalh munculnya penyakit tua, mulai mendekat.


5.       Siklus Kehidupan Keluarga Tradisional

Saat ini pendefinisian keluarga secara tradisional mendapat tantangan. Maraknya orang tua tunggal, perceraian, perpisahan dan pernikahan kembali membuat struktur tradisional mengalami perkembangan. Namun penelitian memperlihatkan bahwa siklus hidup sebuah keluarga yang paling menguntungkan adalah model keluarga tradisional, dan model yang lain dianggap sebagai deviasi dari norma ini (Carter & McGoldrick, 1999). Tahap-tahap dari siklus hidup sebuah keluarga tradisional adalah sebagai berikut:


Tahapan
Tugas
Pengalaman dari keluarga asal
Membangun hubungan dengan orang tua, saudara dan
teman-teman
Menyelesaikan sekolah
Meninggalkan rumah
Membedakan diri dengan keluaga asal dan mengembangkan hubungan sesama
dewasa dengan orang tua
Membantung hubungan pertemanan yang intim
Memulai karir/pekerjaan
Tahap pra pernikahan
Memilih pasangan
Mengembangkan hubungan
Memutuskan untuk menikah
Tahap pasangat tanpa anak
Mengembangkan cara hidup bersama yang didasarkan atas realitas dan
bukannya proyeksi bersama
Mengatur kembali hubungan dengan keluarga asal dan teman-teman, dan melibatkan pasangan
Keluarga dengan anak kecil
Mengatur kembali sistem pernikahan dengan memberi tempat
pada keberadaan anak
Memulai peran sebagai orang tua
Mengatur kembali hubungan dengan keluarga asal dengan melibatkan peran saudara dan kakek/nenek
Keluarga dengan anak remaja
Mengatur kembali hubungan orang tua-anak untuk memberikan tempat pada kebebasan yang lebih besar
Mengatur kembali hubungan pernikahan dan memusatkan pada masalah tengah baya dan karir
Melepas anak
Membereskan masalah paruh baya
Mengatur ulang hubungan orang tua anak secara lebih dewasa
Mengatur kembali hubungan dengan pasangan
Mengatur kembali hubungan dengan besan, menantu, cucu dll.
Berurusan dengan kelemahan dan kematian, terutama pada keluarga asal
Kehidupan usia lanjut
Mengatasi penuaan fisik
Menangani peran anak yang lebih besar dalam mengatur keluarga besar
Menangani kehilangan karena kematian pasangan dan teman-teman
Mempersiapkan kematian, kilas balik kehidupan dan integrasi


6.       Struktur Keluarga dan Rumah Tangga yang Berubah

Secara umum saat ini di era globalisasi dan modernisasi kondisi keluarga atau struktur keluarga yang berhubungan denga peran mulai berubah karena masyarakat saat ini makin kompleks. Hal ini  dipengaruhi oleh beberapa sebab ,antara lain :
  1. Pergeseran dari extended family menjadi nuclear family karena anggotanya semakin menurun.
  2. Single parent meningkat karena adanya perceraian
  3. Orang tau tanpa menikah meningkat karena kumpul kebo.
  4. Rumah tangga yang sendiri atau mandiri meningkat.
  5. Adanya pekerjaan perempuan di luar keluarga sehingga pembagian kerja dalam rumah tangga berubah
  6. Status perceraian relatif biasa.
PERUBAHAN STRUKTUR KELUARGA
Salah satu cara berfikir mengenai alasan mengapa terjadi perubahan sosial dan transformasi sosial adalah menyatakan bahwa suatu masyarakat dan masing-masing bagiannya mempunyai kebutuhan untuk menyesuaikan dengan lingkungan sosial dan lingkungan fisik mereka, atau lebih tepatnya menyesuaikan dengan perubahan yang relevan di dalam lingkungan keluarga.
Keluarga berubah sejalan dengan perubahan jaman. Perubahan yang diinginkan biasanya diharapkan bermuara pada kesejahteraan dan kebahagiaan, namun kenyataannya sering menjadi lain. Sayangnya, kenyataan itu sering diingkari sehingga masalah yang muncul menjadi tambah besar dari yang seharusnya. Sejahtera dan bahagia tidak hanya sebagai tujuan keluarga, tetapi lebih luas dari itu, yaitu tujuan hidup. Untuk mencapainya banyak upaya yang dilakukan. Di antaranya adalah dengan meningkatkan level pendidikan dan mendapatkan pekerjaan yang baik. Mencapai pendidikan yang tinggi dan masuk dalam pasar kerja berarti mengubah siklus hidup dari orientasi yang tradisional ke modern. Ini belum cukup, sebab berpendidikan dan bekerja berarti pula menunda usia kawin, terutama bagi perempuan. Keadaan ini sangat berperan dalam penurunan fertilitas yang bagi sebagian besar negara berkembang menjadi sasaran penting. Artinya, ukuran keluarga menjadi lebih kecil. Ternyata perubahan ukuran ini membawa perubahan ke berbagai aspek kehidupan keluarga antara lain, dengan rata-rata jumlah keluarga yang mengecil mengakibatkan bentukkeluarga luas (extended family) bergeser ke bentuk keluarga inti (nuclear family). Perlu dicatat bahwa jumlah anak dalam keluarga yang mengecil sejalan dengan penurunan fertilitas bukan satu-satunya penyebab di sini. Namun implikasi dari keluarga kecil terhadap kehidupan sosial dan ekonomi cukup besar. Dengan jumlah yang sedikit dan meningkatnya kemampuan ekonomi menyebabkan bantuan, dukungan ekonomi dan sosial seperti mengasuh anak, dari anggota keluarga luas berkurang. Pada masa transisi seperti ini tampaknya keuntungan ekonomis lebih berpihak pada generasi muda dibanding generasi tua, serta perempuan dibanding laki-laki. Dengan jumlah anak sedikit rata-rata anggota keluarga yang muda mendapatkan kesempatan pendidikan yang lebih baik. Sementara itu, kelompok usia lanjut mulai kurang diabaikan oleh generasi yang lebih muda. Pergeseran bentuk keluarga ini jelas berdampak psikologis bagi anggota-anggotanya. Tidak selamanya dampak tersebut negatif, seperti kurang hangatnya hubungan antar anggota keluarga, tetapi juga positif seperti otonomi individu.
Dalam usaha untuk mengkaji masalah keluarga pada masa kini, maka suatu hal yang sangat relevan untuk dipikirkan adalah masalah industrialisasi dan keluarga. Dimana terjadi suatu perubahan struktur dari masyarakat yang agraris menjadi industrialis. Goode mengemukakan pada masa kini bersamaan dengan proses industrialisasi dapat diamati suatu perubahan ke arah bentuk yang disebut keluarga konjugal. Secara singkat, keluarga konjugal menurut Goode adalah keluarga dimana keluarga batih menjadi semakin mandiri melakukan peran-perannya lebih terlepas dari kerabat-kerabat luas pihak suami istri. Secara ekonomi keluarga konjugal itu berdiri sendiri, tempat tinggal juga secara sendiri, tidak bersatu dengan kerabat luas. Seacar psikologis, satuan yang kecil ini menjadi semakin berdikari. Ini berarti juga bahwa hubungan emosional di antara suami istri lebih sentral dalam kehidupan keluarga yang memang menyebabkan hubungan mereka menjadi akarab. Akan tetapi kemungkinan keluarga pecah juga lebih besar karena yang mengikatnya adalah terutama suami istri itu saja. Sedangkan dalam keluarga tradisional masih ada anggota keluarga luas yang mengikat keluarga kecil.
Sistem ekonomi yang bertopang pada industri, sistem keluarga juga telah berubah dari yang tradisional menjadi modern. Keluarga modern diamsusikan memiliki ciri-ciri tipe keluarga konjugal. Seperti yang telah disebutkan diatas, keluarga konjugal suami istri terlibat dalam hubungan yang setaraf, mempunayi hubungan personal yang akrab, antara anak dan orang tua terdapat hubungan yang tidak otoriter atau berciri demokratis, para remaja kawin dalam umur yang tidak terlalu muda. Perubahan yang berlangsung terhadap keluarga hanya dapat dipahami sepenuhnya bila kita berangkat dari pengetahuan baseline mengenai keluarga dan hal itu harus dilandaskan pada pengenalan sejarah dari keluarga sebagai pranata sosial.


7.       Peranan Wanita yang Berubah

Wanita sebagai konsumen apabila berubah dalam penilaian terhadap suatu produk didasarkan dari budaya. Menurut saya ada beberapa budaya yang membuat wanita berubah dalam penilaian atau sikap konsumen terhadap suatu produk ;
1)    Budaya psikologis
Budaya ini muncul dari dalam diri individu sebagai konsumen.

2)   Budaya social
Budaya yang didasarkan dari gaya hidup orang lain dapat membuat konsumen berubah dalam penilaian dan penggunaan suatu produk.

8.       Peranan Pria yang Berubah (Changing Masculine Role )

Pria sebagai konsumen apabila berubah dalam penilaian terhadap suatu produk didasarkan dari budaya. Menurut saya ada beberapa budaya yang membuat wanita berubah dalam penilaian atau sikap konsumen terhadap suatu produk ;
1)    Budaya psikologis
Budaya ini muncul dari dalam diri individu sebagai konsumen.

2)   Budaya social
Budaya yang didasarkan dari gaya hidup orang lain dapat membuat konsumen berubah dalam penilaian dan penggunaan suatu produk.


9        Metodelogi Penelitian untuk Studi Tentang Keputusan Keluarga


Jika anda ingin melakukan penelitian dalam hal studi keputusan keluarga dalam menentukan pembelian, metodelogi yang digunakan hampir sama dengan penelitian yang lain. Seperti dibawah ini ;
1.     Kerangka Proses-Keputusan.
2.    Kategori Sturktur-Peran. 
3.    Bias Pewawancara. 
4.    Seleksi Responden


10     Implikasi Bagi Studi Perilaku Konsumen

American Marketing Association yang terdapat pada buku karangan Peter dan Olson (1999, hlm. 6), mendefinisikan perilaku konsumen sebagai “interaksi dinamis antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian sekitar kita dimana manusia melakukan aspek pertukaran dalam hidup mereka.” Paling tidak ada tiga ide penting dalam pengertian di atas, yaitu perilaku konsumen adalah dinamis; hal tersebut melibatkan interaksi antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian di sekitar; serta hal tersebut melibatkan pertukaran.
Pertama, definisi di atas menekankan bahwa perilaku konsumen itu dinamis. Ini berarti bahwa seorang konsumen, grup konsumen, serta masyarakat luas selalu berubah dan bergerak sepanjang waktu. Hal ini memiliki implikasi terhadap studi perilaku konsumen, salah satu implikasinya adalah bahwa generalisasi perilaku konsumen biasanya terbatas untuk satu jangka waktu tertentu, produk, dan individu atau grup tertentu (Peter dan Olson, 1999, hlm.6).
Hal kedua yang ditekankan dalam definisi perilaku konsumen di atas adalah keterlibatan interaksi antara pengaruh dan kognisi, perilaku, dan kejadian sekitar. Ini berarti bahwa untuk memahami konsumen dan mengembangkan strategi pemasaran yang tepat kita harus memahami apa yang mereka pikirkan (kognisi) dan mereka rasakan (pengaruh), apa yang mereka lakukan (perilaku) dan apa serta di mana (kejadian di sekitar) yang mempengaruhi serta dipengaruhi oleh apa yang dipikirkan, dirasa, dan dilakukan konsumen (Peter dan Olson, 1999, hlm.8).

Hal terakhir yang ditekankan dalam definisi perilaku konsumen di atas adalah pertukaran di antara individu. Hal ini membuat definisi perilaku konsumen tetap konsisten dengan definisi pemasaran yang sejauh ini juga menekankan akan pentingnya pertukaran. Kenyataannya, peran pemasaran adalah untuk menciptakan pertukaran dengan konsumen melalui formulasi dan penerapan stategi pemasaran (Peter dan Olson, 1999, hlm.9).



SUMBER REFERENSI :


Tidak ada komentar:

Posting Komentar