PENGARUH BUDAYA
DALAM
PERILAKU KONSUMEN
1.
Definisi
Menurut Lehman,
Himstreet,dan Batty budaya adalah sekumpulan pengalaman hidup yang ada dalam
masyarakat mereka sendiri. Pengalaman hidup masyarakat tentu saja sangatlah
banyak dan variatif, termasuk didalamnya bagaimana perilaku dan keyakinan atau
kepercayaan masyarakat itu sendiri.
Menurut saya pribadi,
budaya adalah suatu keadaan di mana kita sebagai manusia mendapatkan ilmu dari
pengalaman atau kejadian yang telah lalu kemudian dijadikan suatu kepercayaan
untuk dilakukan secara turun-temurun.
Sebagai contoh ; seni
kebudayaan yang berasal dari Aceh berupa tari saman dan rapai geleng.
2.
Mitos dan Ritual Kebudayaan
Sering sekali kita
mendengar kata mitos, definisi mitos adalah cerita yang berisi elemen simbolis yang mengekspresikan
emosi dan cita-cita budaya. mitos pewayangan yang dapat diangkat
dalam membuat strategi penentuan merek suatu produk, seperti tokoh Bima dalam
produk Jamu kuat “ Kuku Bima
Ginseng”. Sehingga pemasar dituntut kreatif menggali mitos agar bisa
digunakan sebagai sarana menyusun strategi pemasaran tertentu.
Ritual kebudayaan merupakan
kegiatan-kegiatan rutin yang dilakukan oleh kelompok masyarakat. Ritual Budaya
sebagai urutan-urutan tindakan yang terstandarisasi yang secara periodik
diulang, memberikan arti dan meliputi penggunaan simbol-simbol budaya ( Mowen,
1995).
Ritual budaya bukan sekedar kebiasaan
yang dilakukan seseorang, tetapi hal ini dilakukan dengan serius dan formal,
yang memerlukan intensitas mendalam dari seseorang. Kebiasaan sering tidak
serius, kadang tidak pasti dan berubah saat ada stimulus berbeda yang lebih
menarik. Seringkali ritual budaya memerlukan benda-bendayang digunakan untuk
proses ritual, dan inilah yang bisa dibuat oleh pengusaha menjadi peluang ,
seperti acara ulang tahun yang biasanya ada lilin, roti tart, balon, permen,
sirup, dan lain-lain. Pesta perkawinan merupakan ritual budaya juga, sehingga
dapat menjadi peluang untuk ‘wedding organizer’ dan persewaan gedung, serta
peralatan dan perlengkapan pesta lainnya. Strategi iklan juga dapat dikaitkan
dengan ritual budaya seperti pada tema-tema perkawinan yang menonjolkan hadiah
‘berlian’ untuk pengantin perempuan, dan produk sarung untuk ritual keagamaan
dan ibadah.
Simbol kebudayaan juga merupakan
representasi tertentu dari budaya , secara umum apa yang dipakai dan dikonsumsi
oleh seseorang akan mencerminkan budayanya. Perusahaan dapat menggunakan
nilai-nilai simbolis untuk merek produknya , misalnya perusahaan otomotif Toyota
memberi nama Kijang untuk kendaraan dengan penumpang keluarga, secara simbolis
Kijang ‘ adalah binatang yang mempunyai kemampuan lari yang sangat cepat dan
lincah”.Sementara perusahaan lain Mitsubishi menciptakan ‘Kuda’. Simbol juga
dapat ditunjukkan dengan warna, seperti warna hitam mempunyai arti formal, biru
sejuk, putih artinya suci, merah simbol berani dsb. Sehingga pemasar
menggunakan warna sebagai dasar untuk menciptakan produk yang berkaitan dengan
kebutuhan simbolis.
3.
Budaya dan Konsumsi
Budaya konsumsi merupakan bentuk dari
hubungan antara budaya dan konsumsi. Dimana hubungan tersebut saling pengaruh
mempengaruhi, yaitu budaya dapat mempengaruhi konsumsi, juga sebaliknya,
konsumsi dapat mempengaruhi budaya.
Pengaruh budaya terhadap pola konsumsi, James F. Engel, Roger D. Blackwell dan
Paul W. Miniard (1994) dalam
bukunya yang berjudul perilaku
Konsumen membagi 3 jenis pengaruh budaya terhadap pola
konsumsi.
1)
Pengaruh Budaya Terhadap Struktur Konsumsi.
Budaya dapat mempengaruhi struktur konsumsi, karena adanya larangan, hukuman, tekanan, ataupun paksaan dari budaya tersebut untuk mempengaruhi pola dan bentuk yang terorganisir dari individu dan masyarakat dalam berbagai cara dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Komponen budaya sendiri dapat berupa agama dan kepercayaan, sistem hukum, dan adat istiadat. Pengaruh budaya terhadap konsumsi dapat di lihat pada perilaku individu dan masyarakat dalam berkonsumsi, senantiasa di sesuaikan dengan tuntunan budaya yang di anut.Contohnya :
Seorang muslim diharamkan mengkonsumsi minuman beralkohol, memakan daging babi, berjudi, berzinah, dll, dikarenakan keyakinannya, bahwa hal tersebut dilarang oleh agama. Jika masih mengkonsumsi atau melakukan perbuatan yang di larang oleh agama, maka akan mendapatkan dosa.
Budaya dapat mempengaruhi struktur konsumsi, karena adanya larangan, hukuman, tekanan, ataupun paksaan dari budaya tersebut untuk mempengaruhi pola dan bentuk yang terorganisir dari individu dan masyarakat dalam berbagai cara dalam pemenuhan kebutuhan hidupnya. Komponen budaya sendiri dapat berupa agama dan kepercayaan, sistem hukum, dan adat istiadat. Pengaruh budaya terhadap konsumsi dapat di lihat pada perilaku individu dan masyarakat dalam berkonsumsi, senantiasa di sesuaikan dengan tuntunan budaya yang di anut.Contohnya :
Seorang muslim diharamkan mengkonsumsi minuman beralkohol, memakan daging babi, berjudi, berzinah, dll, dikarenakan keyakinannya, bahwa hal tersebut dilarang oleh agama. Jika masih mengkonsumsi atau melakukan perbuatan yang di larang oleh agama, maka akan mendapatkan dosa.
2)
Pengaruh Budaya Terhadap Pemaknaan Sebuah
Produk.
Budaya menuntun individu dan masyarakat dalam upaya pemenuhan kebutuhan maupun keinginan terhadap barang dan jasa. Tuntunan budaya tersebut dapat berupa nilai ataupun norma. Dalam tiap-tiap kebudayaan, terdapat ciri khas masing–masing yang membawa pemaknaan terhadap suatu produk.Contohnya :
Tuntunan budaya berupa nilai : dalam hal kuliner sayur asam, ikan asin, atau lalapan. Orang akan memaknai produk tersebut kulinernya orang sunda. Tuntunan budaya berupa norma : labelisasi Halal pada setiap produk yang dapat di konsumsi oleh umat Islam, yang di keluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia.
Budaya menuntun individu dan masyarakat dalam upaya pemenuhan kebutuhan maupun keinginan terhadap barang dan jasa. Tuntunan budaya tersebut dapat berupa nilai ataupun norma. Dalam tiap-tiap kebudayaan, terdapat ciri khas masing–masing yang membawa pemaknaan terhadap suatu produk.Contohnya :
Tuntunan budaya berupa nilai : dalam hal kuliner sayur asam, ikan asin, atau lalapan. Orang akan memaknai produk tersebut kulinernya orang sunda. Tuntunan budaya berupa norma : labelisasi Halal pada setiap produk yang dapat di konsumsi oleh umat Islam, yang di keluarkan oleh Majelis Ulama Indonesia.
3)
Pengaruh Budaya Terhadap Pengambilan Keputusan Individu.
Individu dalam mengambil keputusan untuk berkonsumsi, tidak dapat dipisahkan dari pengaruh budaya. Di antaranya di pengaruhi nilai dan norma. Di dalam masyarakat terdapat ide/gagasan mengenai, apakah suatu pengalaman berharga, tidak berharga, bernilai, tidak bernilai, pantas atau tidak. Inilah yang di artikan sebagai nilai. Sedangkan norma sendiri dimaknai sebagai peraturan yang ditetapkan secara bersama-sama, yang menuntun perilaku seseorang dalam mengambil keputusan.
Individu dalam mengambil keputusan untuk berkonsumsi, tidak dapat dipisahkan dari pengaruh budaya. Di antaranya di pengaruhi nilai dan norma. Di dalam masyarakat terdapat ide/gagasan mengenai, apakah suatu pengalaman berharga, tidak berharga, bernilai, tidak bernilai, pantas atau tidak. Inilah yang di artikan sebagai nilai. Sedangkan norma sendiri dimaknai sebagai peraturan yang ditetapkan secara bersama-sama, yang menuntun perilaku seseorang dalam mengambil keputusan.
4.
Strategi Pemasaran dengan Memperhatikan Budaya
Dengan
memahami budaya suatu masyarakat, pemasar dapat merencanakan strategi pemasaran
pada penciptaan produk, segmentasi dan promosi.
Segmentasi Pasar Promosi
Implikasi
dari sebuah segmentasi yang dilakukan dibutuhkan strategi promosi yang
difokuskan pada segmen sasaran saja.Pemahaman budaya juga bisa dijadikan dasar
untuk memposisikan produk melalui iklan. Iklan dirancang sedemikian rupa,
sehingga isinya memposisikan produk untuk ritual-ritual budaya tertentu.
Misalnya iklan produk berlian yang dalam iklannya secara khusus menampilkan
suasana perkawinan. Maksud iklan tersebut adalah bahwa berlian adalah barang
yang cocok untuk dijadikan hadiah istimewa pada peristiwa perkawinan, atau
acara-acara istimewa lainnya.
5.
Tinjauan Sub-budaya
Dalam tinjauan sub-budaya terdapat
beberapa konteks penilaian seperti:
- Afeksi dan Kognisi.
Penilaian Afeksi dan Kognisi merupakan
penilaian terhadap suka atau tidak suka, perasaan emosional yang tindakannya
cenderung kearah berbagai objek atau ide serta kesiapan seseorang untuk
melakukan tindakan atau aktivitas.
- Perilaku.
Perilaku merupakan suatu bentuk
kepribadian yang dapat diartikan bentuk sifat-sifat yang ada pada diri
individu, yang ditentukan oleh faktor internal (motif, IQ, emosi, dan cara
berpikir) dan faktor eksternal (lingkungan fisik, keluarga, masyarakat,
sekolah, dan lingkungan alam).
- Faktor Lingkungan.
Prinsip teori Gestalt ialah bahwa
keseluruhan lebih berarti daripada sebagian-bagian. Sedangkan teori lapangan
dari Kurt Lewin berpendapat tentang pentingnya penggunaan dan pemanfaatan
lingkungan.
Berdasarkan teori Gestalt dan lapangan
bahwa faktor lingkungan merupakan kekuatan yang sangat berpengaruh pada
perilaku konsumen.
6.
Sub-budaya dan Demografi
Berdasarkan analisa dari
bagian-bagian sub-budaya, menunjukkan bahwa sebenarnya ada variabel yang
terbentuk dari sub-budaya demografis yang menjelaskan karakteristik suatu
populasi dan dikelompokkan kedalam karakteristik yang sama.
Variabel yang termasuk kedalam
demografis, adalah:
- Sub Etnis Budaya.
- Sub Budaya-agama.
- Sub Budaya Geografis dan Regional.
- Sub Budaya Usia.
- Sub Budaya Jenis Kelamin.
7. Lintas Budaya (Cross Cultural Consumer Behavior )
Secara umum kebudayaan harus
memiliki tiga karakteristik, seperti:
- Kebudayaan dipelajari, artinya: kebudayaan yang dimiliki setiap orang diperoleh melalui keanggotaan mereka didalam suatu kelompok yang menurunkan kebudayaannya dari suatu generasi ke generasi berikutnya.
- Kebudayaan bersifat kait-mengkait, artinya : setiap unsur dalam kebudayaan sangat berkaitan erat satu sama lain, misalnya: unsure agama berkaitan erat dengan unsure perkawinan, unsur bisnis berkaitan erat dengan unsur status sosial.
- Kebudayaan dibagikan, artinya: prinsip-prinsip serta kebudayaan menyebar kepada setiap anggota yang lain dalam suatu kelompok.
Mengembangkan ruang lingkup dari
nilai-nilai budaya sangatlah diperlukan karena merupakan aspek penting dalam
mengoptimalkan hasil pemasaran. Adapun yang harus diketahui oleh para pemasar
dalam mengembangkan nilai-nilai kebudayaan suatu negara adalah sebagai berikut.
- Kehidupan Material: mengacu pada kehidupan ekonomi, yakni apa yang dilakukan oleh manusia untuk memperoleh nafkah.
- Interaksi Sosial: interaksi sosial membangun aturan-aturan yang dimainkan seseorang dalam masyarakat, serta pola kekuasaan dan kewajiban mereka.
- Bahasa: bahasa secara harfiah yaitu kata-kata yang diucapkan, tetapi selain itu sebagai symbol komunikasi dari waktu, ruang, benda-benda, persahabatan dan kesepakatan.
- Estetika: meliputi seni (arts), drama, musik, kesenian rakyat, dan arsitektur yang terdapat dalam masyarakat.
- Nilai dan Sikap: setiap kultur mempunyai seperangkat nilai dan sikap yang mempengaruhi hamper segenap aspek perilaku manusia dan membawa keteraturan pada suatu masyarakat/individu-individunya.
- Agama dan Kepercayaan: agama mempengaruhi pandangan hidup, makna dan konsep suatu kebudayaan.
- Edukasi: edukasi meliputi proses penerusan keahlian, gagasan, sikap dan juga pelatihan dalam disiplin tertentu.
- Kebiasaan-kebiasaan dan Tata Krama: kebiasaan (customs) adalah praktek-praktek yang lazim/mapan. Tata Krama (manners) adalah perilaku-perilaku yang dianggap tepat pada masyarakat tertentu.
- Etika dan Moral: pengertian apa yang disebut apa yang benar dan salah didasarkan pada kebudayaan.
8. Bauran Pemasaran dalam
Lintas Budaya
Beberapa hal dalam pemasaran
internasional yang berkaitan dengan lintas budaya adalah bagaimana
mengorganisasikan perusahaan agar dapat menembus pasar luar negeri, bagaimana
keputusan masuk ke dalam pasar internasional, bagaimana merencanakan
standarisasi, bagaimana merencanakan produk, bagaimana merencanakan distribusi,
bagaimana merencanakan promosi, dan bagaimana menetukan harga produk.
Organisasi Perusahaan.
Terdapat tiga cara dalam menyusun
organisasi agar produk yang dihasilkan mampu menembus sasaran pasar luar
negeri. Adapun ketiga cara cara tersebut adalah:
- perusahaan tetap berada di dalam negeri, dan menjual produk ke luar negeri melalui proses ekspor.
- Perusahaan dapat membuat perusahaan patungan dengan pihak dalam negeri pasar sasaran, disebut juga cara aliansi strategis. Produk di buat dinegara dimana produk akan dipasarkan.
- Dengan mendirikan perusahaan di negara dimana produk akan dipasarkan dan kepemilikan tidak dibagi dengan pengusaha dalam negeri.
Rencana Standarisasi.
Perusahaan bermaksud memasarkan
produknya diluar negeri perlu merencanakan standarisasi produk yang dihasilkan.
Dalam hal ini, bukan berarti perusahaan harus membuat standar yang sama untuk
setiap negara yang akan dimasuki, tetapi standar perlu dibuat walaupun tidak
sama dengan setiap negara. Jika perusahaan bermaksud membuat standarisasi,
berarti perusahaan melakukan usaha pemasaran yang bersifat umum dan berlakudi
semua negara tujuan.
Perencanaan Distribusi.
Distribusi produk internasional
memerlukan jalur yang panjang. Perusahaan yang ingin menjual produk ke pasar
internasional memerlukan jalur distribusi fisik dan pergerakan produk.
Dimensi kultural sebuah negara
membuat metode-metode distribusi tertentu dapat lebih berhasil dibandingkan
dengan yang lain.
Perencanaan Promosi.
Promosi yang dijalankan pada tahapan
pasar internasional, dapat dilakukan dengan dua cara, yaitu promosi global dan
promosi lokal.
Alasan melakukan promosi glokal (global
dan lokal) adalah bahwa nama dan merek peruasaan perlu mendunia, tetapi secara
lokal merek perusahaan juga bisa diterima oleh berbagai budaya yang ada. Hal
ini didasarkan pada fakta bahwa disetiap negara terdapat perbedaan yang tidak
mungkin bisa disentuh oleh satu jenis iklan yang dipakai diseluruh pasar luar
negeri.
Praktek-praktek promosi khususnya
periklanan mungkin yang paling rentan terhadap kesalahan kultural. Akibatnya
iklan itu tidak mencapai sasaran yang diinginkan.
Contoh:
- Colgate Palmolive Company memperkenalkan pasta gigi merek “Cue” di Perancis, untuk kemudian menjumpai bahwa kata “Cue” dalam Bahasa Perancis adalah kata porno.
- Pepsi mengalami kesulitan di Jerman dengan menggunakan iklan Amerika. Pada iklan tertulis “Come Drive, You’re In The Pepsi Generations” yang dalam Bahasa Jerman berarti “Hidup Setengah Mati”.
Penentuan Harga.
Harga atas produk yang tersedia
dibayar konsumen tergantung pada nilai perkiraan dan aktual dari produk
tersebut. Nilai barang yang diimpor dari negara-negara barat misalnya dianggap
lebih tinggi di negara-negara sedang berkembang. Contohnya, orang India
memandang bahwa produk-produk impor lebih unggul dibandingkan dengan yang
diproduksi secara lokal. Karena alasan inilah, maka merek-merek Inggris dan
Amerika dijual dengan harga mahal.
Ciri khas budaya suatu bangsa
mempunyai pengaruh yang sangat dalam atas pola gaya hidup dan tingkah laku
orang, dan semuanya itu tercermin pada pasar. Kultur mempengaruhi setiap aspek
pemasaran. Perusahaan yang berorientasi pemasaran hendaknya mendasarkan
keputusan-keputusannya pada perspektif pelanggan.
Suatu kajian kultural untuk
keputusan-keputusan pemasaran internasional dapat dilakukan pada kajian makro
dan mikro. Tujuan kajian makro adalah mengidentifikasi iklim sosiologis umum
terhadap bisnis di sebuah negara, sikapnya terhadap orang asing dan produk baru.
Kajian mikro berkenaan dengan penafsiran dampak kultur terhadap sekelompok
orang tertentu didalam sebuah negara.
Perbedaan budaya memiliki dampak
terhadap keputusan pemasaran yang mempengaruhi produk, harga, distribusi daan
promosi. Analisis Lintas Kultural mengacu kepada perbandingan sistematis
berbagai perbedaan dalam aspek materi dan perilaku kultur. Dalam pemasaran,
analisis lintas kultural digunakan untuk mendapatkan suatu pengertian atas
segmen-segmen pasar di dalam dan di seberang batas-batas nasional.
An Alternative Consumer Behaviour
Theory For Asia.
Konsep Budaya
Budaya merupakan kompleks
keseluruhan dimana dimasukkannya pengetahuan, keyakinan, seni, hukum, moral,
adat-istiadat, dan kemampuan lain apapun serta kebiasaan yang diperoleh oleh
manusia sebagai anggota masyarakat.
Beberapa aspek dari perlunya
perluasan budaya.
- Pertama, budaya merupakan konsep yang meliputi banyak hal (luas). Hal tersebut termasuk segala sesuatu dari pengaruh proses pemikiran individu dan perilakunya. Ketika budaya tidak menentukan sifat dasar dari frekuensi pada dorongan biologis seperti lapar atau seks, hal tersebut berpengaruh jika, kapan, dan bagaimana dorongan ini akan memberi kepuasan.
- Kedua, budaya adalah hal yang diperoleh. Ia nya tidak dimasukkan mewarisi respon dan kecenderungan. Bagaimanapun, semenjak perilaku manusia dari perilaku.
- Ketiga, kerumitan dari masyarakat modern merupakan kesungguhan dimana budaya jarang memberikan ketentuan yang terperinci atas perilaku yang tepat.
Budaya terutama dijalankan oleh keadaan
yang batasannya cukup bebas pada perilaku individu dan oleh pengaruh fungsinya
dari institusi seperti keluarga dan media massa. Kemudian, budaya memberikan
kerangka dalam yang mana individu dan rumah tanga gaya hidup menyusun. Batasan
dimana perangkat budaya dalam perilaku disebut norma, yang merupakan aturan
sederhana dimana menentukan atau melarang beberapa perilaku dalam situasi yang
spesifik. Norma dijalankan dari nilai budaya. Dimana nilai budaya adalah
kepercayaan yang dipertahankan dimana menguatkan apa yang diinginkan.
Pelanggaran dari norma budaya berakhir dengan sangsi yang merupakan hukuman
dari pencelaan sosial yang ringan untuk dibuang dari kelompok.
Variasi Dalam Nilai Budaya
Nilai budaya memberikan dampak yang
lebih pada perilaku konsumen dimana dalam hal ini dimasukkan kedalam tiga
kategori umum:
orientasi nilai-lainnya
Merefleksi gambaran masyarakat dari
hubungan yang tepat antara individu dan kelompok dalam masyarakat. Hubungan ini
mempunyai pengaruh yang utama dalam praktek pemasaran. Sebagai contoh, jika
masyarakat menilai aktifitas kolektif, konsumen akan melihat kearah lain pada
pedoman dalam keputusan pembelanjaan dan tidak akan merespon keuntungan pada
seruan promosi untuk “menjadi seorang individual”. Dan begitu juga pada budaya
yang individualistik.
sifat dasar dari nilai yang terkait
ini termasuk individual/kolektif, kaum muda/tua, meluas/batas keluarga,
maskulin/feminim, persaingan/kerjasama, dan perbedaan/keseragaman.
Individual/kolektif
Budaya individualis terdapat pada
budaya Amerika, Australia, Inggris, Kanada, New Zealand, dan Swedia. Sedangkan
Taiwan, Korea, Hongkong, Meksiko, Jepang, India, dan Rusia lebih kolektifis
dalam orientasi mereka. Nilai ini adalah faktor kunci yang membedakan budaya,
dan konsep diri yang berpengaruh besar pada individu. Tidak mengherankan,
konsumen dari budaya yang memiliki perbedaan nilai, berbeda pula reaksi mereka
pada produk asing, iklan, dan sumber yang lebih disukai dari suatu informasi.
Seperti contoh, konsumen dari Negara yang lebih kolektifis cenderung untuk
menjadi lebih suka meniru dan kurang inovatif dalam pembelian mereka
dibandingkan dengan budaya individualistik. Dalam tema yang diangkat seperti ”
be your self” dan “stand out”, mungkin lebih efektif dinegara amerika tapi
secara umum tidak di negara Jepang, Korea, atau Cina.
Usia muda/tua
dalam hal ini apakah dalam budaya
pada suatu keluarga, anak-anak sebagai kaum muda lebih berperan dibandingkan
dengan orang dewasa dalam pembelian. Dengan kata lain adalah melihat faktor
budaya yang lebih bijaksana dalam melihat sisi dari peran usia. Seperti contoh
di Negara kepulauan fiji, para orang tua memilih untuk menyenangkan anak mereka
dengan membeli suatu barang. Hal ini berbeda dengan para orang tua di Amerika
yang memberikan tuntutan yang positif bagi anak mereka. Disamping itu, walaupun
Cina memiliki kebijakan yang mengharuskan untuk membatasi keluarga memiliki
lebih dari satu anak, tetapi bagi budaya mereka anak merupakan “kaisar kecil”
bagi mereka. Jadi, apapun yang mereka inginkan akan segera dipenuhi. Dengan
kata lain, penting untuk diingat bahwa segmen tradisional dan nilai masih
berpengaruh dan pera pemasar harus menyesuaikan bukan hanya pada lintas budaya
melainkan juga pada budaya didalamnya.
Luas/batasan keluarga
Yang dimaksud disini adalah
bagaimana keluarga dalam suatu budaya membuat suatu keputusan penting bagi
anggota keluarganya. Dengan kata lain apakah peran orang dewasa (orang tua)
memiliki kebijakan yang lebih dalam memutuskan apa yang terbaik bagi anaknya.
Atau malah sebaliknya anak-anak memberi keputusan sendiri apa yang terbaik bagi
diri mereka sendiri. Dan bisa dikatakan juga bahwasanya pengaruh pembelian oleh
orang tua akan berpengaruh untuk seterusnya pada anak. Seperti contoh pada beberapa
budaya:
Di Meksiko, sama halnya dengan
Amerika, peran orang dewasa sangat berpengaruh. Para orang tua lebih memiliki
kecenderungan dalam mengambil keputusan dalam membeli.
Para orang dewasa muda di Thailand
hidup sendiri diluar dari orang tua atau keluarga mereka. Tetapi ketergantungan
dalam membeli masih dipengaruhi oleh orang tua maupun keluarga mereka.
Lain halnya di India, sesuatu hal
yang akan dibeli diputuskan bersama-sama dalam satu keluarga (diskusi
keluarga).
Maskulin/feminisme
Pada dasarnya kita hidup dalam
orientasi dunia maskulin, disamping Negara Eropa Barat yang menerapkan
kesetaraan didalamnya. Tetapi hal tersebut tidak menjadi suatu pengaruh besar.
Seperti contoh pada Negara Jepang, yang mana pada saat sekarang ini para wanita
kembali bekerja setelah ia menikah. Hal ini menjadikan mereka lebih menghemat
waktu terhadap kerjaannya. Misalnya, dalam memilih makanan, mereka lebih
cenderung untuk membeli makanan beku untuk dibawa anak mereka ketimbang membeli
makanan segar yang dalam membeli serta menyajikannya membuang waktu mereka.
Sisi lainnya adalah penampilan menjadi prioritas mereka dalam bekerja. Untuk
itu barang-barang yang berhubungan dengan penampilan tersebut lebih menjadi
suatu kebutuhan bagi mereka.
Disini sekali lagi para pemasar bukan
hanya melihat dari lintas budaya dan nilainya saja, melainkan juga didalam
budaya itu sendiri.
Persaingan/Kerjasama
Yang dimaksud disini adalah
bagaimana orientasi baik itu maskulin maupun feminisme dalam keterbukaannya
pada konsumen. Pada orientasi maskulin seperti di Amerika, keterbukaan menjadi
suatu hal yang harus terpelihara. Lain halnya Jepang yang berorientasi feminim,
Mereka menganggap bahwa keterbukaan sama halnya dengan “kehilangan muka”.
Variasi dari nilai ini bisa dilihat dari perbedaan reaksi budaya pada iklan
yang dibandingkan. Seperti contoh Amerika Serikat yang membesarkan hati mereka
ketika mereka menggunakannya didalam budaya lain yang bisa dengan mudahnya
mendapatkan reaksi yang tidak baik. Disisi lainnya, jepang yang memiliki kolektifitas
yang lebih menurut sejarahnya menemukan perbandingan iklan menjadi sesuatu yang
tidak disukai, meskipun demikian Pepsi menemukan anak muda Jepang sedikit lebih
mau menerima jika pembandingan dilakukan dalam keterus-terangan dan cara yang
lucu.
Sebagai aturannya, perbandingan
iklan dapat digunakan dengan ketelitian dan hanya sungguh-sungguh telah teruji.
Perbedaan/keseragaman
Budaya dengan nilai yang berbeda
tidak hanya akan menerima aturan yang bergai macam dari perilaku pribadi dan
sikap tapi juga menerima variasi dalam bentuk makanan, pakaian, dan produk lain
serta pelayanannya. Dibandingkan dengan masyarakat yang memiliki keseragaman
nilai, dimana mereka tidak menyukai serta menerima bermacam aturan dari rasa
dan produk pilihan.
Jepang dan budaya kolektif lainnya
cenderung untuk meletakkan nilai yang kuat dalam keseragaman dan kesesuaian,
sebaliknya budaya individualistik yang lebih seperti Canada dan Belanda
cenderung pada nilai perbedaan. Ketika banyak aspek penting dari budaya ini
dibuat oleh perbedaan dalam nilai, satu yang nyata dengan relative ketiadaannya
turis yang berlatar “etnis” di restoran-restoran Jepang dibandingkan dengan
Canada dan Belanda. Walaupun demikian, perubahan ekonomi dan sosial yang
digerakkan oleh usia muda pada masyarakat kolektifis, membuat perbedaan lebih
diterima dibandingkan dengan hal tradisional yang dijumpai, dan juga jika
kecenderungan dari tingkatan yang mutlak lebih rendah dibandingkan dengan sisi
individualistik mereka.
Orientasi nilai-lingkungan
Yakni menentukan hubungan masyarakat
dengan ekonomi, teknis, dan linkungan fisik nya. Contoh dari nilai lingkungan
seperti kebersihan, dayaguna/keadaan, tradisi/perubahan, pengambilan
risiko/pengamanan, pemecahan masalah/fatalistis, dan sifat dasar (alam).
Kebersihan
Ketika adanya perbedaan dalam
meletakkan nilai kebersihan diantara budaya ekonomi berkembang, ada perbedaan
yang sangat luas diantara budaya ini dengan banyak budaya negara kurang
berkembang. Di banyak negara miskin, kebersihan dinilai tidak pada tingkatan yang
cukup untuk menghasilkan lingkungan yang sehat. Hal ini dapat dilihat pada
negara Cina dan India, dimana kebersihan menjadi Sesutu yang begitu
mengkhawatirkan. Ketika hal tersebut menjadi dampak bagi budaya lokal,
McDonald’s mendapat penghargaan dengan memeperkenalkan pengolahan makanan yang
higienis dan toilet beberapa pasar Asia Timur termasuk Cina.
Dayaguna/keadaan
Dayaguna/keadaan lebih dekat
hubungannya pada konsep jarak kekuasaan, dimana menghubungkan pada derajat
dimana orang menerima ketidak sama rataan dalam kekuasaan, otoritas, status,
dan kekayaan sebagai kelaziman atau yang melekat dalam masyarakat. Konsumen di
negara dengan jarak kekuasaan yang tinggi akan lebih suka untuk melihat opini
dari orang lain dalam membuat keputusan. Masyarakat dengan orientasi status
lebih suka pada “kwalitas” atau nama merk yang terkenal dan barang yang
harganya mahal untuk menyamakan fungsi barang dengan merk yang tidak terkenal
atau harga yang murah. Dimana konsumen ditarik oleh rasa gengsi dari merk yang
terkenal.
Tradisi/perubahan
Berbeda pada Amerika, konsumen pada
tradisi Korea dan Cina kurang nyaman dengan situasi baru atau cara pemikiran
baru. Nilai ini direfleksikan dalam iklan mereka dimana berbeda pada iklan di
Amerika, dimana di Inggris dan Cina menekankan tradisi dan sejarah. Untuk
target pada kerangka berpikir penonton melalui televisi, daya tarik budaya
lebih digunakan. Dalam target majalah pada orang-orang muda Cina, daya tarik
modern yang difokuskan pada teknologi, mode, dan kesenangan lebih banyak digunakan.
Pengambilan resiko/pengamanan
Nilai ini berhubungan pada toleransi
bagi ambuitas dan menghindari ketidaktentuan. Ia nya memiliki pengaruh yang
kuat dalam hubangan usaha dan perkembangan ekonomi sebagai penerimaan produk
baru. Masyarakat dimana tidak mengagumi adanya pengambilan resiko, tidak suka
pada pengembangan hubungan usaha yang cukup untuk mencapai perubahan dan
pertumbuhan ekonomi. Produk baru yang diperkenalkan, saluran baru dari
pendistribusian, dan tema iklan adalh hal yang mempengaruhi nilai ini.
Pemecahan masalah/fatalistis
Di Karibia, kesulitan atau hal yang
tidak dapat dikendalikan selalu dihilangkan dengan ekspresi “tidak masalah”.
Ini biasanya berarti: “ada suatu masalah, tapi kita tidak tahu apa yang harus
dilakukan terhadap hal tersebut-jadi jangan khawatir!”. Di Eropa Barat dan
Amerika cenderung kearah untuk menyurutkan akhir pemecahan masalah dari
rangkaian kesatuannya. Sedangkan Meksiko dan negara timur tengah menyurutkan
kearah akhir yang fatal. Hal ini ditunjukkan pada mengurangi dugaan konsumen
atas kualitas dan mengurangi kemungkinan dimana konsumen membuat keluhan secara
resmi ketika berhadapan dengan pembelian yang tidak memuaskan.
Alam
Yang dimaksud disini adalah
bagaimana negara-negara yang memproduksi atau mengimpor suatu produk meletakkan
nilai tinggi dalam lingkungan. Seperti negara Inggris yang memiliki gagasan
dalam pengurangan emisi. Dalam peluncuran produknya, mereka lebih menekankan
kendaraan yang memiliki emisi rendah.
Nilai orientasi-diri
Yakni merefleksikan tujuan dan
pendekatan pada hidup dimana anggota individu dari masyarakat menemukan apa
yang diinginkan. Disini termasuk aktif/pasif, kepuasan sensual/pantangan,
material/non material, kerja keras/santai, penundaan kepuasan/kesegeraan
kepuasan, dan keberagamaan/keduniawian.
Aktif/Pasif
Kecenderungan dalam beraktifitas
akan mempengaruhi pemasaran dalam suatu produk. Misalnya tema olahraga bagi
kemasan botol tidak begitu cocok di negara seperti Jepang, dimana dua dari tiga
pria dan tiga dari empat wanita berolahraga kurang dari dua kali dalam setahun.
Kepuasan sensual/pemantangan
Yang dimaksud disini adalah apakah
suatu negara menggunakan daya tarik seks/sensualitas atau apakah memberikan
pembatasan pada iklan yang dibuatnya terhadap sensualitas. Pembatasan terhadap
iklan dengan kesederhanaan lebih terlihat di negara Arab Saudi atau
negara-negara timur tengah. Ini dikarenakan budaya Islam yang sangat
konservatif dalam nilai ini.
Material/non material
Ada dua tipe dari materialisme.
Intrumen materialism adalah barang yang diperoleh yang mana memungkinkan untuk
dilakukannya sesuatu hal. Terminal materialism adalah barang yang diperoleh
untuk kepentingan dari apa yang dimiliki oleh benda itu sendiri. Seni secara
umum diperoleh dari kesenangan pada apa yang dimilikinya daripada sebagai harta
untuk tujuan lain.
Kerja keras/santai
Dalam hal ini, seorang pemasar harus
melihat apakah dalam suatu negara memiliki lebih nilai kerja dalam aktivitasnya
dibandingkan dengan waktu luang/santai atau sebaliknya. Dengan kata lain, nilai
ini mempunyai konsistensi bagi gaya hidup dan tuntutan untuk aktivitas
luang/santai.
Penundaan kepuasan/kesegeraan
kepuasan
Orientasi jangka pendek dan
orientasi jangka panjang mempunyai implikasi pada strategi bisnis serta usaha
untuk mendorong menabung, dan juga pada penggunaan kredit. Seperti contoh,
nilai tujuan bisnis dalam budaya jangka pendek cenderung untuk dimasukkan
kedalam “keuntungan tahun ini” ketika kemudian dalam budaya jangka panjang
dimasukkan kedalam “keuntungan 10 tahun dari sekarang”. Dengan kata lain,
menggunakan kredit merupakan suatu penurunan dalam budaya jangka panjang dimana
tunai dan kartu debit lebih lazim digunakan.
Religi/sekuler atau duniawi
Amerika Serikat relatif sekuler.
Banyak budaya Islam dan juga beberapa budaya katholik lebih banyak berorientasi
pada religi. Perbandingannya, religi bermain dengan peran yang sangat sedikit
dalam budaya Cina. Bagaimanapun juga, Cina memili aktivitas religi didalamnya.
Secara garis besarnya pengertian yang luas dan dan tipe dari yang berhubungan
dengan pengaruh religi dalam budaya pada dasarnya untuk tujuan efektif semua
elemen pada campuran pemasaran.
Variasi Kebudayaan Dalam Komunikasi
Nonverbal
Perbedaan dalam sistem komunikasi
verbal adalah lintas budaya yang nyata dengan segera dan harus diambil kedalam
suatu perhitungan oleh keinginan pemasar untuk dilakukannya bisnis dalam budaya
itu. Mungkin lebih penting dan bagaimanapun juga tentu saja lebih sulit untuk
mengenal apakah sistem komunikasi nonverbal tersebut. Contoh utama dari
variabel komunikasi nonverbal dimana mempengaruhi pemasar adalah waktu, ruang,
simbol, hubungan, persetujuan, benda, dan etiket.
Waktu
Pengertian dari variasi waktu
diantara budaya adalah dalam dua cara utama. Pertama, apa yang kita sebut
perspektif waktu: ini adalah keseluruhan orientasi terhadap waktu. Kedua,
adalah menempatkan interpretasi pada spesifik waktu yang digunakan.
Perspektif waktu
Ada dua jenis perspektif waktu
antara lain;
1. Yang pertama, monochromic time
perspective yakni orientasi yang kuat kearah sekarang serta waktu jangka
pendek. Dan kedua, polychromic time perspective yakni orientasi kearah sekarang
dan masa lalu. Arti dalam waktu yang digunakan.
2. Perspektif yang dipakai akan
membuat suatu pengertian yang berbeda dari waktu yang digunakan pada budaya
yang berbeda. Seperti di negara yang berorientasi pada monochronic, mereka
manganggap bahwa waktu adalah uang. Jadi setiap detik, menit, jam sangat
berharga bagi mereka. Begitu sebaliknya pada negara yang berorientasi
polichronic, istilah “tetaplah menunggu” menjadi suatu hal yang biasa bagi
mereka.
Ruang
Kegunaan orang membuat ruang dan
mengartikan apa yang mereka tempatkan merupakan bentuk kedua dari komunikasi
nonverbal. Di Amerika, “besar adalah lebih baik”, jadi, ruang kantor dalam perusahaan
biasanya dialokasikan sesuai dari pangkat atau wibawa daripada apa yang
dibutuhkan.
Hal utama kedua yang digunakan dari
ruang adalah ruang pribadi. Hal ini dimaksudkan agar orang lain bisa datang
pada anda dan dalam situasi apapun tanpa anda merasa tidak nyaman.
Simbol
Di Amerika jika melihat bayi memakai
baju warna pink, maka bayi tersebut di identikkan dengan seorang perempuan.
Begitu juga jika memakai warna biru, maka dapat dipastikan bahwa jenis
kelaminnya adalah laki-laki. Tetapi hal tersebut akan ditanggapi berlainan di
negara Belanda. Warna, gambar binatang, bentuk, angka, dan musik akan
memberikan variasi pengartian dalam lintas budaya. Kegagalan dalam mengenal
arti penempatan pada simbol bisa berakibat pada masalah yang serius. Salah satu
contohnya adalah ketika pebisnis Cina yang bepergian untuk mengelilingi rute
pasifik, kebanyakan mereka terkejut ketika melihat petugas perjalanan wisata
tersebut memakai pakaian putih yang bagi Asia merupakan simbol dari kematian.
Hubungan
Hak dan kewajiban ditentukan oleh
hubungan dan persahabatan yang mana merupakan variabel komunikasi nonverbal
lainnya. Bagi orang-orang Amerika, mereka lebih cenderung untuk menjalin
hubungan secara cepat dan mudah. Hal ini dikarenakan mengingat ketika mereka
pergi dari tempat tersebut, rasa sakit yang mereka dapatkan dari hubungan
tersebut akan sedikit. Berbeda di negara lainnya yang lebih berhati-hati dalam
menjalin suatu hubungan. Hal ini dikarenakan karena mereka ingin
mengimplikasikan hubungan tersebut lebih dalam lagi dan mengekalkan
kewajibannya.
Persetujuan
Persetujuan disini yakni bagaimana
budaya yang berbeda melihat hubungan bisnis didalam kedua belah pihak. Seperti
contoh pada hubungan bisnis antara Amerika dan Jepang pada kontrak kesepakatan
yang dilakukan. Bagi Amerika, mereka hanya melihat atau fokus pada bisnisnya
sedangkan bagi Jepang tidak cukup hanya disitu, melainkan juga pada pengenalan
lebih dekat dan jauh lagi dari hubungan bisnis tersebut.
Benda
Pengartian budaya terhadap benda pada
pola pembelian adalah sesuatu yang tidak disangka-sangka atau dengan kata
lainnya adalah “hadiah”. Dalam beberapa budaya, pemberian hadiah dilakukan
dalam beberapa bentuk. Dinegara Cina pemberian hadiah dilakukan secara rahasia,
sedangkan di negara Arab dilakukan didepan orang yang akan diberikan hadiah.
Dan begitu juga terhadap benda apa yang diberikan sebagai suatu hadiah.
Etiket
Etiket menggambarkan secara umum
kebiasaan yang diterima dari tingkah laku dalam situasi sosial. Seperti
contohnya pada iklan dimana di negara Amerika makan dengan posisi garpu
ditangan kanan dan tangan kiri dibawah meja adalah sesuatu yang sudah biasa,
tetapi lain halnya di negara Inggris dimana posisi garpu berada ditangan kiri
dan dan tangan kanan berada diatas meja.
Contoh kecil ini merupakan dasar
bagaimana suatu budaya yang berbeda melihat etiket dari apa yang diiklankan.
Dan bagaimana pula iklan melihat etikat dari lintas budaya tersebut.
Budaya Global
Isu penting yang dihadapi oleh
pemasar adalah perluasan pada salah satu atau lebih pada budaya global konsumen
atau pangsa yang tergabung. Ada kesan yang memberikan keterangan bahwa ada
pergerakan yang sungguh-sungguh dalam arah ini. Budaya memiliki serta
memberikan perangkat dari simbol hubungan-konsumsi dengan pengertian umum dan
sifat diantara anggotanya. Satu diantara maksud budaya global adalah bahwasanya
porsi dari budaya lokal menggambarkan diri mereka sendiri sebagai kosmopolitan,
berpengetahuan banyak, dan modern. Beberapa individu memberikan banyak nilai
dan perilaku hubungan konsumsi dengan individu yang serupa pada jarak lintas
dari budaya bangsa.
Beberapa budaya dikreasikan oleh
globalisasi media massa, kerja, pendidikan, dan wisata. Beberapa kategori
produk (telpon genggam, internet) dan merk (Sony, Nike) menjadi simbol hubungan
pada budaya ini. Ini tidak diimplikasikan bahwa merk ini digunakan pada iklan
global yang sama tetapi melainkan tema pokok dan simbol yang mungkin sama.
Budaya Global Anak Umur Belasan
Tahun (ABG)
Para ABG seluruh dunia menonton
banyak pertunjukan yang sama, melihat film dan video yang sama, dan mendengar
musik yang sama. Mereka tidak hanya mengidolakan musisi yang sama, tetapi juga
musisinya, baik itu gaya berpakaian, kelakuan, dan sikap, dimana melengkapi
mereka dengan banyak karakter. Pemasar menggunakan kesamaan ini diantara ABG
lintas budaya untuk meluncurkan merk global. Dengan kata lain, dalam
mengiklankan produknya pemasar menggunakan model yang dapat dikenal para ABG
diseluruh dunia seperti bintang olah raga. Atau juga dengan mengiklankan pada
bentuk keseleruhan dari lintas budaya tersebut. Seperti pepsi yang dalam satu
iklan memperlihathkan aktivitas ABG diseluruh dunia.
Demografis Global
Demografi melukiskan populasi dalam
hubungannya pada ukurannya, struktur, dan distribusi. Ukuran mengarah pada
jumlah dari individu dalam masyarakat. Struktur menggambarkan masyarakat dalam
hubungan dari usia, pendapatan, pendidikan, dan pekerjaan. Distribusi
melukiskan lokasi fisik dari individu dalam hubungannya dari wilayah geografis
dan pedesaan, pinggiran kota, dan lokasi perkotaan. Secara garis besarnya,
pemasar melihat serta menyesuaikan keadan tiap negara sesuai dengan
demografinya. Seperti contoh pada pendapatan yang berbeda ditiap negara,
pemasar meletakkan harga sesuai dengan kemampuan negara tersebut dalam
pembelian. Dan juga menempatkan iklan pada kecenderungan usia, pendidikan, dan
pekerjaan serta wilayah geografis yang menjadi tujuan pemasaran.
Strategi Pemasaran Lintas Budaya
Yang menjadi kontroversi dalam hal
ini adalah apa yang menjadi standar terutama pada iklan. Standarisasi strategi
bisa berakibat dalam penghematan biaya pada pokoknya. Secara garis besar tidak
digambarkan bagaimana strategi pemasaran tersebut, tetapi dapat diambil
kesimpulan bahwasanya pemasar melihat apa yang menjadi perilaku konsumen,
konsep budaya, serta apa yang menjadi variasi dalam lintas budaya. Seperti yang
dilakukan McDonald’s dimana mengadaptasikan produk serta tata ruang tokonya
dengan tepat pada beberapa negara.
Perhatian Penuh Dalam Pendekatan
Pasar Asing
Ada tujuh kunci perhatian penuh
beberapa geografis pasar dimana perusahaan akan menatap.
Apakah wilayah goegrafis yang
homogen atau heterogen juga tanggap pada budaya?
Usaha pemasaran biasanya langsung
pada penetapan wilayah geografis, terutama politik dan ekonomi yang ada. Syarat
legal dan saluran distribusi yang ada selalu mendorong pendekatan ini.
Bagaimanapun, hal itu juga didukung oleh asumsi secara mutlak dimana geogafis
atau batas politik dengan batas budaya. Seperti kita lihat, batas negara menggambarkan
keseluruhan kecenderungan, tapi perbedaan didalam memberikan negara
pertimbangan kritik. Seperti contoh, menurut penelitian bahwa strategi di
Amerika Latin membutuhkan pertimbangan tidak hanya pada lintas negara tetapi
juga didalam perbedaan negara (wilayah, pinggiran/kota).
Demikian juga dengan Cina yang
memiliki budaya kedaerahan yang kuat, budaya perkotaan/ pedesaan, oleh karena
itu Sharp menghubungkan perbedaan dengan pendapatan, usia, dan pendidikan.
Jadi, kampanye pemasaran harus dikembangkan bagi budaya dan kelompok demografi,
tidak hanya negara.
Apa yang dibutuhkan produk ini atau
versi pada pengisian dalam budaya ini?
Memeriksa pasar baru dengan
keberadaan produk atau teknologi produk dalam pikiran. Pertanyaan mereka yang
harus dijawab adalah kebutuhan apa yang mereka ada atau produk modifikasi yang
bisa diisi dalam budaya yang dilibatkan. Seperti contoh, sepeda dan sepeda
motor merupakan kebutuhan rekreasi di Amerika, tapi mereka menjadi transportasi
dasar bagi negara lainnya.
Bisakah cukup dari kebutuhan orang
akan produk menghasilkan produk?
Inisial analisis demografis
dibutuhkan untuk menentukan jumlah dari individu atau rumah tangga yang mana
membutuhkan produk yang benar-benar bisa menghasilkan. Contohnya, ketika Cina
memiliki lebih dari 1,3 milyar konsumen, pasar barat berkurang 20 persen dari
totalnya. Ekspansi ekonomi kedepan lebih ke negara Cina dan India dimana mereka
merupakan pasar potensial di tahun akan datang. Untuk itu maka dibentuk sistem
harga dimana untuk membantu adanya reaksi konsumen dengan pendapatan yang
relative rendah.
Nilai atau pola apa dari nilai, yang
relefan pada pembelian dan penggunaan produk.
Nilai sistem seharusnya
diinfestigasi bagi pengaruhnya dalam pembelian produk, memiliki produk,
menggunakan produk, dan membuang produk. Kebanyakan dari strategi pemasaran
akan berdasar pada analisa ini.
Apa itu distribusi, politik, dan
struktur legal bagi produk.
Struktur yang legal dari suatu
negara bisa memiliki dampak dalam tiap aspek dari campuran pemasaran
perusahaan. Begitu juga dengan distribusi dan politik yang juga berpengaruh
dalam pemasaran suatu produk.
Sumber Referensi :
Tidak ada komentar:
Posting Komentar