MOTIVASI DAN
KETERLIBATAN
1. MOTIVASI
Menurut
Wells dan Prensky (1996), motivasi sebagai titik awal dari semua perilaku
konsumen, yang merupakan proses dari seseorang untuk mewujudkan kebutuhannya
serta memulai melakukan kegiatan untuk memperoleh kepuasan.
Schiffman
dan Kanuk (1994) menyatakan bahwa motivasi sebagai kekuatan dorongan dari dalam
diri individu yang memaksa mereka untuk melakukan tindakan. Kekuatan dorongan
tersebut dihasilkan dari suatu tekanan yang di akibatkan oleh belum atau tidak
terpenuhinya kebutuhan, keinginan dan permintaan. Kemudian bersama-sama dengan
proses kognitif (berfikir) dan pengetahuan yang sebelumnya didapat, maka
dorongan akan menimbulkan perilaku untuk mencapai tujuan atau pemenuhan
kebutuhan.
Sedangkan menurut H.L. Petri (Petri,
Herbet L, 1986: 3). Motivasi dapat merupakan tujuan dan alat dalam
pembelajaran. Sebagai tujuan, motivasi merupakan salah satu tujuan dalam
mengajar. Guru berharap bahwa siswa tertarik dalam kegiatan intelektual dan
estetik sampai kegiatan belajar berakhir. Sebagai alat, motivasi merupakan
salah satu faktor seperti halnya intelegensi dan hasil belajar sebelumnya yang
dapat menentukan keberhasilan belajar siswa dalam bidang pengetahuan,
nilai-nilai, dan keterampilan.
Motivasi mempunyai kaitan yang erat
dengan minat. Siswa yang memiliki minat terhadap sesuatu bidang studi tertentu
cenderung tertarik perhatiannya dan dengan demikian timbul motivasinya untuk
mempelajari bidang studi tersebut. Motivasi juga dipengaruhi oleh nilai-nilai
yang dianggap penting dalan, kehidupannya. Perubahan nilai-nilai yang dianut
akan mengubah tingkah laku manusia dan motivasinya. Karenanya, bahan-bahan
pelajaran yang disajikan hendaknya disesuaikan dengan minat siswa dan tridak
bertentangan dengan nilai-nilai yang berlaku dalam masyarakat.
Sikap siswa, seperti haInya motif
menimbulkan dan mengarahkan aktivitasnya. Siswa yang menyukai matematika akan
merasa senang belajar matematika dan terdorong untulk belajar lebih giat,
demikian pula sebaliknya. Karenanya adalah kewajiban bagi guru untuk bisa
menanamkan sikap positif pada diri siswa terhadap mata pelajaran yang menjadi
tanggung jawabnya.
Insentif, suatu hadiah yang
diharapkan diperoleh sudah melakukan kegiatan, dapat menimbulkan motif. Hal ini
merupakan dasar teori belajar B.F. Skinner dengan operant conditioning-nya'
(Hal ini dibkarakan lebih lanjut dalam prinsip balikan dan penguatan).
Motivasi dapat bersifat internal,
artinya datang dari dirinya sendiri, dapat juga bersifat eksternal yakni datang
dari orang lain, dari guru, orang tua, teman dan sebagainya. Motivasi juga
dibedakan atas motif intrinsik dan motif ekstrinsik. Motif intrinsik adalah
tenaga pendorong yang sesuai dengan perbuatan yang dilakukan. Sebagai contoh,
seorang siswa yang dengan sungguh-sungguh mempelajari mata pelajaran di sekolah
karena ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya. Sedangkan motil
ekstrinsik adalah tenaga pendorong yang ada di luar perbuatan yang dilakukannya
tetapi menjadi penyertaanya. Sebagai contoh, siswa belajar sungguh-sungguh
bukan disebabkan ingin memiliki pengetahuan yang dipelajarinya telapi didorong
oleh keinginan naik kelas atau mendapat ijazah. Naik kelas dan mendapat ijazah
adalah penyerta dari keberhasilan belajar.
Motif intrinsik dapat bersifat
internal, datang dari diri sendiri, dapat juga bersifat eksternal, datang dari
luar. Motif ekstrinsik bisa bersifat eksternal, walaupun lebih banyak bersifat
ekstemal. Motif ekstrinsik dapat juga berubah menjadi motif intrinsik yang
disebut 'Iransformasi motir'. Sebagai contoh. seorang siswa belajar di Lembaga
Pendidikan Tenaga Kependidikan (LIPTK) karena menuruti keinginan orang tuanya
yang menginginkan anaknya menjadi guru. Mula-mula motifnya adalah ekstrinsik,
yaitu ingin menyenangkan orang tuanya, tetapi setelah belajar heberapa lama di
LPTK ia menyenangi pelajaran-pelajaran yang digelutinya dan senang belajar
untuk menjadi guru. Jadi motif pada siswa itu yang semula ekstrinsik menjadi
intrinsik.
Dengan demikian, jika seseorang
mempunyai motivasi yang tinggi terhadap obyek tertentu, maka dia akan terdorong
untuk berperilaku menguasai obyek tersebut. Sebaliknya jika motivasinya rendah,
maka dia akan mencoba untuk menghindari obyek yang bersangkutan. Implikasinya
dalam pemasaran adalah kemungkinan orang tersebut berminat untuk membeli
produk/merek yang ditawarkan pemasar atau tidak.
2. DINAMIKA PROSES MOTIVASI
Proses motivasi :
1)
Tujuan ,
perusahaan harus bisa menentukan terlebih dahulu tujuan yang ingin dicapai,baru
kemudian konsumen dimotivasi ke arah itu.
2)
Mengetahui kepentingan,
perusahaan harus bisa mengetahui keinginan konsumen tidak hanya dilihat dari
kepentingan perusahaan semata.
3)
Komunikasi efektif,
melakukan komunikasi dengan baik terhadap konsumen agar konsumen dapat
mengetahui apa yang harus mereka lakukan dan apa yang bisa mereka dapatkan.
4)
Integrasi tujuan,
proses motivasi perlu untuk menyatukan tujuan perusahaan dan tujuan kepentingan
konsumen. Tujuan perusahaan adalah untuk mencari laba serta perluasan pasar.
5)
Fasilitas,
perusahaan memberikan fasilitas agar konsumen mudah mendapatkan barang dan jasa
yang dihasilkan oleh perusahaan.
Dipandang
dari segi motifnya setiap gerak manusia itu selalu mengandung 3 aspek yang kedudukannya bertahap dan berurutan :
1) Motivating states
Timbul
kekuatan dan terjadinya kesiapsediaan sebagi akibat terasanya kebutuhan jaringan
atau sekresi, hormonal dari dalam diri organisme atau tergantung pada stimulasi tertentu.
2) Motivating behavior
Bergeraknya
organisme kearah tujuan tertentu sesuai dengan sifat kebutuhan yang hendak
dipenuhi dan dipuaskannya. Misal: haus mencari air untuk diminum, dengan demikian
setiap prilaku manusia bersifat instrumental (sadar atau tak sadar).
3) Satisfied conditions
Dengan
dicapai tujuan yang dapat memenuhi kebutuhan yang terasa, maka dalam kesimbangan
dari dalam organism pulih kembali dengan terpeliharanya, homostetis,
kondisi demikian dihayati sebagai rasa nikmat dan puas atau lega.
3.
TUJUAN
MOTIVASI KONSUMEN
Tujuan utama perusahaan dalam
memotivasi konsumen adalah sebagai berikut :
1) Meningkatkan kepuasan konsumen
terhadap produk yang dihasilkan perusahaan
2) Mempertahankan loyalitas
3) Menciptakan suatu hubungan yang
harmonis antara produsen atau penjual dengan penjual atau konsumen.
Dengan
semakin memuaskan konsumen dengan memberikan pelayanan dan produk yang
berkualitas baik, maka konsumen pun akan termotivasi untuk membeli dan
menggunakan produk dari perusahaan.
4.
ASAS
MOTIVASI
Azas-azas motivasi mencakup azas
mengikutsertakan, komunikasi, pengakuan, wewenang yang didelegasikan dan
perhatian timbal balik, dengan penjelasan sebagai berikut:
1)
Azas Mengikutsertakan yang berarti
mengajak bawahan untuk ikut berpartisipasi dan memberikan kesempatan kepada
mereka mengajukan ide-ide, rekomendasi dalam proses pengambilan keputusan.
Dengan cara ini, bawahan merasa ikut bertanggungjawab atas tercapainya tujuan
perusahaan sehingga moral dan gairah kerjanya akan meningkat.
2)
Azas Komunikasi maksudnya
menginformasikan secara jelas tentang tujuan yang ingin dicapai, cara
mengerjakannya, dan kendala yang dihadapi. Dengan asas komunikasi, motivasi
kerja bawahan akan meningkat. Sebab semakin banyak seseorang mengetahui suatu
soal, semakin besar pula minat dan perhatiannya terhadap hal tersebut. Jika
seorang pemimpin secara nyata berikhtiar untuk senantiasa memberikan informasi
kepada bawahannya, maka pemimpin akan memberitahukan beberapa informasi kepada
bawahannya. Dengan cara ini, bawahan akan merasa dihargai dan akan lebih giat
bekerja.
3)
Azas Pengakuan yakni memberikan
penghargaan dan pengakuan yang tepat serta wajar kepada bawahan atas prestasi
kerja yang dicapainya. Bawahan akan bekerja keras dan semakin rajin, jika terus
menerus mendapat pengakuan dan kepuasan dari usaha-usahanya. Dalam memberikan
pengakuan/ pujian kepada bawahan, hendaknya dijelaskan bahwa dia patut menerima
penghargaan itu, karena prestasi kerja atau jasa-jasa yang diberikannya.
Pengakuan dan pujian harus diberikan secara ikhlas dihadapan umum supaya nilai
pengakuan/ pujian itu semakin besar.
4)
Azas Wewenang yang Didelegasikan
adalah mendelegasikan sebagian wewenang serta kebebasan pegawai untuk mengambil
keputusan dalam berkreativitas dan melaksanakan tugas-tugas manajer atau
atasan. Dalam proses pendelegasian ini, manajer harus meyakinkan bawahannya
bahwa pegawai mampu dan dipercaya dapat menyelesaikan tugas-tugas itu dengan
baik. Asas ini memotivasi akan moral/ gairah bekerja pegawai sehingga semakin
tinggi dan antusias.
5)
Azas Perhatian Timbal Balik adalah
memotivasi pegawai dengan mengemukakan keinginan atau harapan perusahaan di
samping berusaha memenuhi kebutuhan-kebutuhan yang diharapkan bawahan dari
perusahaan. Manajer atau pimpinan organisasi mengharapkan agar pegawainya mampu
meningkatkan prestasinya sehingga perusahaan akan memperoleh laba yang lebih
banyak. Apabila pendapatan atau laba semakin besar maka dengan sendirinya balas
jasa para pegawai akan dinaikkan. Jadi, ada perhatian timbal balik untuk
memenuhi keinginan semua pihak.
Dengan azas motivasi ini
diharapkan prestasi kerja pegawai akan semakin meningkat. Azas-azas motivasi
sebagaimana yang telah dipaparkan di atas pada hakekatnya bertujuan untuk
meningkatkan produktivitas kerja dan tentunya memberikan kepuasan kepada
pegawai. Dengan keadaan tersebut maka diharapkan proses pencapaian tujuan
organisasi akan menunjukkan hasil yang maksimal.
5.
KEBUTUHAN
DAN TUJUAN DALAM KONTEKS PERILAKU KONSUMEN
Kebutuhan konsumen merupakan faktor yang
dipengaruhi oleh beberapa kriteria sbb:
·
Kebutuhan
yang dimaksud adalah keinginan yang dilandasi oleh kebutuhan yang tidak dapat
dihindari antara lain:kebutuhan fisik seperti makanan, pakaian, kenyamanan,
keamanan dimana satu sama lain konsumen memiliki perbedaan kebutuhan sosial
seperti aktualisasi diri, harga diri, perhatian orang lain sangat ditentukan
oleh strata sosial yang dimiliki konsumen misalnya tingkat pernghasilan,
lingkungan. Kebutuhan individual seperti pendidikan, penampilan dll.
·
Keinginan
(wants) merupakan kebutuhan yang dibentuk oleh kultur dan kepribadian konsumen
yang akan membentuk permintaan (demand) yang akan memberikan kepuasan bagi
konsumen bersangkutan.
·
Kebutuhan
psikologis. Jenis kebutuhan seperti ini dilatarbelakangi oleh kemampuan daya
beli konsumen yang melebihi tingkat kebutuhannya. Artinya kelompok konsumen
yang berpenghasilan tinggi secara psikolgis mereka ingin tampil beda dengan
konsumen lainnya. Keinginan terhadap suatu produk tidak mempertimbangkan harga
tetapi produk yang mampu mengangkat harga dari konsumen seperti mobil, arloji,
lukisan atau benda seni dan produk bermerk lainnya.
6. KLASIFIKASI
MOTIF
Motivasi konsumen akan berubah dan
berkembang sejalan dengan berkembangnya pengalaman dan proses pembelajaran yang
berlangsung. Kebutuhan akan berkembang seiring dengan perkembangan yang terjadi
di lingkungan masyarakat. Konsumen akan berinteraksi dengan konsumen lain dan
dari interaksi tersebut konsumen akan mendapatkan informasi-informasi penting
berkaitan dengan cara-cara untuk memenuhi kebutuhan. Dari hal tersebut
pengtahuannya akan meningkat dan keinginan pun akan berkembang.
Pada umumnya motif atau kebutuhan
manusia memiliki sifat-sifat sebagai berikut:
- Kebutuhan tidak pernah terpuaskan
- Kebutuhan baru muncul setelah kebutuhan yang lama terpenuhi
- Keberhasilan dalam mencapai tujuan akan mempengaruhi tujuan berikutnya
- Motif bersifat majemuk
Klasifikasi terhadap berbagai macam
kebutuhan dirasakan penting untuk memahami konsumen. Konsumen sebagai focus
utama perlu diketahui dan dipahami kebutuhan dan keinginannya agar perusahaan
dapat memuaskan. Loudon dan Bitta (1995) mengklasifikasikan motif mulai dari
yang polanya sederhana hingga yang komprehensif. Pada pola yang sederhana motif
dapat dikelompokkan menjadi tiga jenis klasifikasi, yaitu:
- Motif fisiologis dan psikogenik
- Motif disadari dan tidak disadari
- Motif positif dan motif negative
Pemahaman terhadap motif yang
mendorong konsumen untuk memilih suatu produk atau membeli suatu produk
merupakan hak yang penting bagi pemasar. Oleh karena itu pemasar perlu
melakukan upaya untuk mendiagnosis atau mengukur motif konsumen. Terdapat
banyak cara yang dilakukan untuk mengukur motif konsumen, diantaranya:
- Metode wawancara mendalam
- Metode Tes Proyektif
- Metode Kuesioner
- Metode kelompok focus
7. METODE
DAN BENTUK PEMBERIAN MOTIVASI
Metode/cara
yang digunakan perusahaan dalam pemberian motivasi tardiri atas :
1)
Metode langsung
Metode langsung adalah motivasi (materiil ataupun non-materiil) yang diberikan
secara langsung kepada setiap konsumen
untuk memenuhi kebutuhan serta kepuasannya.
2)
Metode tidak langsung
Metode tidak langsung adalah motivasi yang diberikan hanya merupakan fasilitas- fasilitas yang mendukung serta menunjang gairah
konsumen untuk melakukan pembelian.
Sedangkan bentuk motivasi yang diberikan perusahaan dapat dalam bentuk insentif
posotof maupun insentif negative
:
3)
Motivasi positif ( insentif positif)
di dalam motivasi positif produsen tidak saja memberikan dalam bentuk sejumlah
uang tapi bisa juga memotivasi
(merangsang konsumen) dengan memberikan diskon, hadiah, pelayanan yang optimum yang ditunjukkan pada diferensiasi dan
positioning yang dilakukan kepada mereka
yang melakukan pembelian dan yang akan melakukan pembelian.
4)
Motivasi negative (insentif negative)
di dalam motivasi negative produsen memotivasi konsumen dengan standar
pembelian, maka mereka akan
mendapatkan ganjaran.
8. HIERARKI
TEORI KEBUTUHAN MASLOW
Maslow telah membuat teori hierarkhi kebutuhan.
Semua kebutuhan dasar itu adalah instinctoid, setara dengan naluri pada hewan.
Manusia mulai dengan disposisi yang sangat lemah yang kemudian kuno sepenuhnya
sebagai orang tumbuh. Bila lingkungan yang benar, orang akan tumbuh lurus dan
indah, aktualisasi potensi yang mereka telah mewarisi. Jika lingkungan tidak
“benar” (dan kebanyakan tidak ada) mereka tidak akan tumbuh tinggi dan lurus
dan indah.
Maslow telah membentuk sebuah hirarki dari lima
tingkat kebutuhan dasar. Di luar kebutuhan tersebut, kebutuhan tingkat yang
lebih tinggi ada. Ini termasuk kebutuhan untuk memahami, apresiasi estetik dan
spiritual kebutuhan murni. Dalam tingkat dari lima kebutuhan dasar, orang tidak
merasa perlu kedua hingga tuntutan pertama telah puas, maupun ketiga sampai
kedua telah puas, dan sebagainya.
Kebutuhan dasar Maslow
adalah sebagai berikut:
Teori Kebutuhan Maslow
1. Kebutuhan Fisiologis
Ini adalah kebutuhan biologis. Mereka terdiri
dari kebutuhan oksigen, makanan, air, dan suhu tubuh relatif konstan. Mereka
adalah kebutuhan kuat karena jika seseorang tidak diberi semua kebutuhan,
fisiologis yang akan datang pertama dalam pencarian seseorang untuk kepuasan.
2. Kebutuhan Keamanan
Ketika semua kebutuhan fisiologis puas dan tidak
mengendalikan pikiran lagi dan perilaku, kebutuhan keamanan dapat menjadi
aktif. Orang dewasa memiliki sedikit kesadaran keamanan mereka kebutuhan
kecuali pada saat darurat atau periode disorganisasi dalam struktur sosial
(seperti kerusuhan luas). Anak-anak sering menampilkan tanda-tanda rasa tidak
aman dan perlu aman.
3. Kebutuhan Cinta, sayang dan
kepemilikan
Ketika kebutuhan untuk keselamatan dan
kesejahteraan fisiologis puas, kelas berikutnya kebutuhan untuk cinta, sayang
dan kepemilikan dapat muncul. Maslow menyatakan bahwa orang mencari untuk
mengatasi perasaan kesepian dan keterasingan. Ini melibatkan kedua dan menerima
cinta, kasih sayang dan memberikan rasa memiliki.
4. Kebutuhan Esteem
Ketika tiga kelas pertama kebutuhan dipenuhi,
kebutuhan untuk harga bisa menjadi dominan. Ini melibatkan kebutuhan baik harga
diri dan untuk seseorang mendapat penghargaan dari orang lain. Manusia memiliki
kebutuhan untuk tegas, berdasarkan, tingkat tinggi stabil diri, dan rasa hormat
dari orang lain. Ketika kebutuhan ini terpenuhi, orang merasa percaya diri dan
berharga sebagai orang di dunia. Ketika kebutuhan frustrasi, orang merasa
rendah, lemah, tak berdaya dan tidak berharga.
5. Kebutuhan Aktualisasi Diri
Ketika semua kebutuhan di atas terpenuhi, maka dan
hanya maka adalah kebutuhan untuk aktualisasi diri diaktifkan. Maslow
menggambarkan aktualisasi diri sebagai orang perlu untuk menjadi dan melakukan
apa yang orang itu “lahir untuk dilakukan.” “Seorang musisi harus bermusik,
seniman harus melukis, dan penyair harus menulis.” Kebutuhan ini membuat diri
mereka merasa dalam tanda-tanda kegelisahan. Orang itu merasa di tepi, tegang,
kurang sesuatu, singkatnya, gelisah. Jika seseorang lapar, tidak aman, tidak
dicintai atau diterima, atau kurang harga diri, sangat mudah untuk mengetahui
apa orang itu gelisah tentang. Hal ini tidak selalu jelas apa yang seseorang
ingin ketika ada kebutuhan untuk aktualisasi diri.
Teori hierarkhi kebutuhan
sering digambarkan sebagai piramida, lebih besar tingkat bawah mewakili
kebutuhan yang lebih rendah, dan titik atas mewakili kebutuhan aktualisasi
diri. Maslow percaya bahwa satu-satunya alasan bahwa orang tidak akan bergerak
dengan baik di arah aktualisasi diri adalah karena kendala ditempatkan di jalan
mereka oleh masyarakat negara. Dia bahwa pendidikan merupakan salah satu
kendala. Dia merekomendasikan cara pendidikan dapat beralih dari orang
biasa-pengerdilan taktik untuk tumbuh pendekatan orang. Maslow menyatakan bahwa
pendidik harus menanggapi potensi individu telah untuk tumbuh menjadi
orang-aktualisasi diri / jenis-nya sendiri. Sepuluh poin yang pendidik harus
alamat yang terdaftar:
1.
Kita
harus mengajar orang untuk menjadi otentik, untuk menyadari diri batin mereka
dan mendengar perasaan mereka-suara batin.
2.
Kita
harus mengajar orang untuk mengatasi pengkondisian budaya mereka dan menjadi
warga negara dunia.
3.
Kita
harus membantu orang menemukan panggilan mereka dalam hidup, panggilan mereka,
nasib atau takdir. Hal ini terutama difokuskan pada menemukan karier yang tepat
dan pasangan yang tepat.
4.
Kita
harus mengajar orang bahwa hidup ini berharga, bahwa ada sukacita yang harus
dialami dalam kehidupan, dan jika orang yang terbuka untuk melihat yang baik
dan gembira dalam semua jenis situasi, itu membuat hidup layak.
5.
Kita
harus menerima orang seperti dia atau dia dan membantu orang belajar sifat
batin mereka. Dari pengetahuan yang sebenarnya bakat dan keterbatasan kita bisa
tahu apa yang harus membangun di atas, apa potensi yang benar-benar ada.
6.
Kita
harus melihat itu kebutuhan dasar orang dipenuhi. Ini mencakup keselamatan,
belongingness, dan kebutuhan harga diri.
7.
Kita
harus refreshen kesadaran, mengajar orang untuk menghargai keindahan dan hal-hal
baik lainnya di alam dan dalam hidup.
8.
Kita
harus mengajar orang bahwa kontrol yang baik, dan lengkap meninggalkan yang
buruk. Dibutuhkan kontrol untuk meningkatkan kualitas hidup di semua daerah.
9.
Kita
harus mengajarkan orang untuk mengatasi masalah sepele dan bergulat dengan
masalah serius dalam kehidupan. Ini termasuk masalah ketidakadilan, rasa sakit,
penderitaan, dan kematian.
10.
Kita
harus mengajar orang untuk menjadi pemilih yang baik. Mereka harus diberi
latihan dalam membuat pilihan yang baik.
9.
TEORI-TEORI
KEBUTUHAN
Menurut maslow, manusia memiliki 5 tingkatan kebutuhan,
antara lain :
1)
Kebutuhan Fisiologis
Contohnya adalah : Sandang / pakaian, pangan / makanan, papan / rumah, dan kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain sebagainya.
Contohnya adalah : Sandang / pakaian, pangan / makanan, papan / rumah, dan kebutuhan biologis seperti buang air besar, buang air kecil, bernafas, dan lain sebagainya.
2)
Kebutuhan
Keamanan dan Keselamatan
Contoh seperti : Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari teror, dan semacamnya.
Contoh seperti : Bebas dari penjajahan, bebas dari ancaman, bebas dari rasa sakit, bebas dari teror, dan semacamnya.
3)
Kebutuhan Sosial
Misalnya adalah : Memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan lain-lain.
Misalnya adalah : Memiliki teman, memiliki keluarga, kebutuhan cinta dari lawan jenis, dan lain-lain.
4)
Kebutuhan
Penghargaan
Dalam kategori ini dibagi menjadi dua jenis, Eksternal dan Internal.
- Sub kategori eksternal meliputi : Pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya.
- Sedangkan sub kategori internal sudah lebih tinggi dari eskternal, pribadi tingkat ini tidak memerlukan pujian atau penghargaan dari orang lain untuk merasakan kepuasan dalam hidupnya.
Dalam kategori ini dibagi menjadi dua jenis, Eksternal dan Internal.
- Sub kategori eksternal meliputi : Pujian, piagam, tanda jasa, hadiah, dan banyak lagi lainnya.
- Sedangkan sub kategori internal sudah lebih tinggi dari eskternal, pribadi tingkat ini tidak memerlukan pujian atau penghargaan dari orang lain untuk merasakan kepuasan dalam hidupnya.
5)
Kebutuhan Aktualisasi
Diri
10 . KELEBIHAN DAN KEKURANGAN TEORI-TEORI MOTIVASI
Teori motivasi yang dikembangkan
oleh Abraham H. Maslow pada intinya berkisar pada pendapat bahwa manusia
mempunyai lima tingkat atau hierarki kebutuhan, yaitu:
- Kebutuhan fisiologikal (physiological needs), seperti : rasa lapar, haus, istirahat dan sex;
- Kebutuhan rasa aman (safety needs), tidak dalam arti fisik semata, akan tetapi juga mental, psikologikal dan intelektual;
- Kebutuhan akan kasih sayang (love needs);
- Kebutuhan akan harga diri (esteem needs), yang pada umumnya tercermin dalam berbagai simbol-simbol status; dan
- Atualisasi diri (self actualization), dalam arti tersedianya kesempatan bagi seseorang untuk mengembangkan potensi yang terdapat dalam dirinya sehingga berubah menjadi kemampuan nyata.
Kebutuhan-kebutuhan
yang disebut pertama (fisiologis) dan kedua (keamanan) kadang-kadang
diklasifikasikan dengan cara lain, misalnya dengan menggolongkannya sebagai
kebutuhan primer, sedangkan yang lainnya dikenal pula dengan klasifikasi
kebutuhan sekunder. Terlepas dari cara membuat klasifikasi kebutuhan manusia
itu, yang jelas adalah bahwa sifat, jenis dan intensitas kebutuhan manusia
berbeda satu orang dengan yang lainnya karena manusia merupakan individu yang
unik. Juga jelas bahwa kebutuhan manusia itu tidak hanya bersifat materi, akan
tetapi bersifat pskologikal, mental, intelektual dan bahkan juga spiritual.
Menarik
pula untuk dicatat bahwa dengan makin banyaknya organisasi yang tumbuh dan
berkembang di masyarakat dan makin mendalamnya pemahaman tentang unsur manusia
dalam kehidupan organisasional, teori “klasik” Maslow semakin dipergunakan,
bahkan dikatakan mengalami “koreksi”. Penyempurnaan atau “koreksi” tersebut
terutama diarahkan pada konsep “hierarki kebutuhan “ yang dikemukakan oleh
Maslow. Istilah “hierarki” dapat diartikan sebagai tingkatan. Atau secara
analogi berarti anak tangga. Logikanya ialah bahwa menaiki suatu tangga berarti
dimulai dengan anak tangga yang pertama, kedua, ketiga dan seterusnya. Jika
konsep tersebut diaplikasikan pada pemuasan kebutuhan manusia, berarti
seseorang tidak akan berusaha memuaskan kebutuhan tingkat kedua,- dalam hal ini
keamanan- sebelum kebutuhan tingkat pertama yaitu sandang, pangan, dan papan
terpenuhi; yang ketiga tidak akan diusahakan pemuasan sebelum seseorang merasa
aman, demikian pula seterusnya.
Berangkat
dari kenyataan bahwa pemahaman tentang berbagai kebutuhan manusia makin
mendalam penyempurnaan dan “koreksi” dirasakan bukan hanya tepat, akan tetapi
juga memang diperlukan karena pengalaman menunjukkan bahwa usaha pemuasan
berbagai kebutuhan manusia berlangsung secara simultan. Artinya, sambil
memuaskan kebutuhan fisik, seseorang pada waktu yang bersamaan ingin menikmati
rasa aman, merasa dihargai, memerlukan teman serta ingin berkembang.
Dengan demikian dapat dikatakan
bahwa lebih tepat apabila berbagai kebutuhan manusia digolongkan sebagai
rangkaian dan bukan sebagai hierarki. Dalam hubungan ini, perlu ditekankan
bahwa:
- Kebutuhan yang satu saat sudah terpenuhi sangat mungkin akan timbul lagi di waktu yang akan datang;
- Pemuasaan berbagai kebutuhan tertentu, terutama kebutuhan fisik, bisa bergeser dari pendekatan kuantitatif menjadi pendekatan kualitatif dalam pemuasannya.
- Berbagai kebutuhan tersebut tidak akan mencapai “titik jenuh” dalam arti tibanya suatu kondisi dalam mana seseorang tidak lagi dapat berbuat sesuatu dalam pemenuhan kebutuhan itu.
Kendati
pemikiran Maslow tentang teori kebutuhan ini tampak lebih bersifat teoritis, namun
telah memberikan fondasi dan mengilhami bagi pengembangan teori-teori motivasi
yang berorientasi pada kebutuhan berikutnya.
11. RISET/PENELITIAN
MOTIVASI
Konsep Teori Kebutuhan McClelland
Teori kebutuhan McClelland menyatakan bahwa pencapaian, kekuasaan/kekuatan dan hubungan merupakan tiga kebutuhan penting yang dapat membantu menjelaskan motivasi. Kebutuhan pencapaian merupakan dorongan untuk melebihi, mencapai standar-standar, dan berjuang untuk berhasil. Kebutuhan kekuatan dapat membuat orang lain berperilaku sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan berperilaku sebaliknya, dan kebutuhan hubungan merupakan keinginan antarpersonal yang ramah dan akrab dalam lingkungan organisasi.
Bagaimana Kebutuhan-kebutuhan ini mempengaruhi Perilaku ?
McClelland menjelaskan bahwa setiap individu memiliki dorongan yang kuat untuk berhasil. Dorongan ini mengarahkan individu untuk berjuang lebih keras untuk memperoleh pencapaian pribadi ketimbang memperoleh penghargaan. Hal ini kemudian menyebabkan ia melakukan sesuatu yang lebih efisien dibandingkan sebelumnya. Dorong pertama ini dapat disebut sebagai nAch yaitu kebutuhan akan pencapaian.
Kebutuhan kekuatan (nPow) merupakan keinginan untuk memiliki pengaruh, menjadi yang berpengaruh, dan mengendalikan individu lain. Dalam bahasa sederhana, ini adalah kebutuhan atas kekuasaan dan otonomi. Individu dengan nPow tinggi, lebih suka bertanggung jawab, berjuang untuk mempengaruhi individu lain, senang ditempatkan dalam situasi kompetitif, dan berorientasi pada status, dan lebih cenderung lebih khawatir dengan wibawa dan pengaruh yang didapatkan ketimbang kinerja yang efektif.
12. KETERLIBATAN
KONSUMEN
Keterlibatan konsumen diartikan oleh Engel,
Blackwell, dan Miniard sebagai tingkat kepentingan pribadi yang dirasakan dan
atau minat yang dibangkitkan oleh stimulus di dalam situasi yang spesifik.
Keterlibatan yang paling baik dipahami sebagai fungsi dari orang, objek dan
situasi.
Pride dan Ferrel mengungkapkan bahwa tingkat keterlibatan konsumen merupakan alasan mengapa konsumen termotivasi untuk mencari informasi produk dan merek tertentu.
Peter dan Olson menegaskan bahwa keterlibatan merupakan status motivasi yang menggerakkan serta mengarahkan perilaku konsumen pada saat membuat keputusan.
Setiap konsumen mempunyai motivasi yang mendasari dalam bentuk kebutuhan dan nilai. Sementara keterlibatan akan muncul ketika objek (produk, jasa atau pesan promosi) dirasakan dapat membantu untuk memenuhi kebutuhan, tujuan dan nilai yang terasa penting. Pemenuhan kebutuhan ini dirasakan akan bervariasi atau tidak sama dari satu situasi ke situasi berikutnya.
13. FOKUS KETERLIBATAN KONSUMEN
KETERLIBATAN
Keterlibatan
adalah tingkat kepentingan pribadi yang dirasakan dan atau minat yang dibangkitkan oleh stimulus di dalam
situasi spesifik hingga jangkauan kehadirannya, konsumen bertindak dengan sengaja untuk meminimumkan resiko dan
mamaksimumkan manfaat yang
diperoleh dari pembelian dan pemakaian.
Keterlibatan
mengacu pada persepsi konsumen tentang pentingnya arau relevansi personal suatu objek, kejadian, atau
aktivitas. Konsumen yang melihat bahwa produk yang
memiliki konsekuensi relevan secara
pribadi dikatakan telibat dengan produk
dan memiliki hubungan dengan
produk tersebut.
Fokus
Keterlibatan Beberapa konsumen terlniat dengan kegiatan yang berkaitan
dengan pemasaran seperti
mengumpulkan kupon diskon, belanja pakaian, mencari harga terendah, atau tawar menawar dengan
penjual. Adalah penting bahwa pemasar dengan jelas
mengidentifikasikan focus keterlibatan konsumen. Pemasar perlu mengetahui
dengan cepat apa yang disebut sebagai relevan secara pribadi oleh konsumen :
produk / merek, objek, perilaku, kejadian, situasi, lingkungan, atau beberapa
bahkan semua hal diatas. Karena sebagian besar pemasar tertarik dengan
keterlibatan konsumen dengan produk dan merek.
14. DASAR ARTI-AKHIR BAGI KETERLIBATAN KONSUMEN
Studi perilaku konsumen menurut Schiffman dan Kanuk (20040 berkembang menjadi suatu disiplin ilmu yang terpisah dimulai ketika para pemasar menyadari bahwa konsumen tidak selalu melakukan tindakan-tindakan atau memberikan reaksi sesuai dengan yang disarankan dalam teori-teori pemasaran yang ada.
Fenomena yang ditemui dalam masyarakat adalah :
1. Dalam Pasar Konsumen (konsumen individu)
Di satu sisi konsumen cenderung memiliki budaya ”pengikut’ (me too) terhadap adanya tren atau fashion di sisi lain konsumen juga menghendaki adanya produk terdiferensiasi (berbeda) yang mencerminkan kebutuhan, kepribadian, dan gaya yang hidup khas.
2. Dalam pasar industri (konsumen organisasi)
Dengan karakteristik kebutuhan terhadap barang dan jasa yang lebih homogen daripada pasar konsumen, konsumen organisasi juga memiliki preferensi yang berbeda-beda dan juga memiliki perilaku pembelian yang tidak mudah diprediksi
Menurut Mowen dan Minor (1999) beberapa alasan mempelajari perilaku konsumen dapat diiktisarkan sebagai berikut:
1. Analisis konsumen menjadi dasar bagi para ahli/manager pemasaran. Hal ini membantu manajer dalam:
a. menyusun bauran pemasaran yaitu Produk (product), harga (price), promosi (promotion), dan tempat (place0
b. segmentasi
c. defferensiasi dan product positioning.
d. menyediakan dasar analisis lingkungan
e. mengembangkan riset pemasaran.
2. Analisis konsumen memainkan peranan kritis dalam pengembangan kebijakan publik.
3. Pengetahuan mengenai perilakuk konsumen mengembangkan kemampuan konsumen untuk menjadi konsumen yang lebih efektif.
4. Analisis konsumen memberikan pengetahuan tentang perilaku manusia.
5. Studi perilaku konsumen memberikan 3 jenis informasi, yaitu:
a. Orientasi konsumen.
b. Fakta mengenai perilaku pembelian.
c. Teori yang membimbing dalam proses berfikir.
Secara sederhana variabel-variabel perilaku konsumen dapat dibagi kedalam 3 bagian yaitu :
1. Faktor-faktor eksternal yang terdiri dari kebudayaan, kelas sosial, kelompok sosial dan referensi, dan keluarga.
2. Faktor-faktor internal/individu yang terdiri dari motivasi, persepsi, kepribadian dan konsep diri, belajar dan sikap individu.
3. proses pengambilan keputusan yang terdiri dari 5 tahap yi; menganalisa keinginan dan kebutuhan, pencarian informasi, penilaian dan pemilihan alternatif, keputusan untuk membeli, dan perilaku sesudah pembelian.
15. FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KETERLIBATAN
1)
Relevansi – Pribadi Intrinsik
Mengacu pada pengetahuan arti akhir konsumen yang disimpan dalam ingatan.
Konsumen mendapatkan pengetahuan arti-akhir ini melalui pengalaman masa lalu
mereka terhadap suatu produk. Pada saat menggunakan suatu produk, konsumen
belajar bahwa cirri produk tertentu memilikii konsekuensi yang dapat membantu
mencapai tujuan dan nilai yang penting.
2)
Relevansi Pribadi Situasional
Ditentukan oleh aspek lingkungan fisik dan social yang ada disekitar kita yang
dengan segera mengaktifkan konsekuensi dan nilai penting, sehingga membuat
produk dan merek yang terlihat secara pribadi dan relevan.
16.
BEBERAPA
FAKTOR ANTESEDEN DARI KETERLIBATAN
Berdasarkan
hasil analisis SEM, terlihat bahwa bahwa perilaku pembelian dominan dipengaruhi
oleh keterlibatan iklan dan keterlibatan keputusan pembelian. Hal ini dapat
dijelaskan bahwa dengan adanya keterlibatan pada iklan dan keputusan pembelian
membuat konsumen melakukan aktivitas yang lebih lama dalam proses pembeliannya.
Sedangkan keterlibatan pada iklan dipengaruhi secara positif oleh stimulan dan
inovasi, namun dipengaruhi secara negatif oleh situasi pembelian. Ini
menjelaskan bahwa situasi pembelian akan mengurangi keterlibatan pada iklan dan
pada akhirnya perilaku pembelian menjadi perilaku dengan pemecahan yang
terbatas. Ini sejalan dengan Engel (1994), yang menjelaskan bahwa perilaku
pembelian akan mengarah pada perilaku pembelian dengan pemecahan yang terbatas
pada situasi toko yang menyenangkan. Inovasi konsumen yang ditenggarai memiliki
pengaruh positif pada keterlibatan iklan, mengkonfirmasi bahwa derajat individu
yang tinggi menyebabkan konsumen cenderung memperhatikan iklan dengan lebih
seksama dan selanjutnya akan berpengaruh pada proses perilaku pembelian dengan
pemecahan yang diperluas. Artinya konsumen yang memiliki derajat inovasi yang
tinggi cenderung lebih lama dalam memutuskan pembelian pakaian.
Dari faktor anteseden yang mempengaruhi
keterlibatan, faktor inovasi individu memiliki pengaruh yang cukup dominan
untuk terjadinya keterlibatan iklan dan keterlibatan produk. Sedangkan nilai
materialistik memiliki pengaruh yang dominan pada keterlibatan keputusan
pembelian. Keterlibatan iklan, keterlibatan keputusan pembelian memiliki
pengaruh yang dominan pada peningkatan perilaku pembelian. Sedangkan
keterlibatan produk tidak signifikan pengaruhnya pada perilaku pembelian.
Implikasi manajerial diperoleh berdasarkan hasil penelitian yang menunjukkan
bahwa konsumen pakaian memiliki kecenderungan pada keterlibatan iklan dan
keterlibatan pada keputusan pembelian yang dominan. Hal ini juga ditunjang oleh
dukungan faktor anteseden keterlibatan yaitu faktor individu nilai materialisme
dan inovasi yang juga siginifikan positif mempengaruhi keterlibatan ini.
Sedangkan situasi pembelian yang berpengaruh negatif pada proses keterlibatan.
Hal ini dapat dijadikan rujukan bahwa pemilik toko atau manajer harus terus
melakukan program pemasaran melalui iklan sebuah toko yang menciptakan
kenyamanan berbelanja, dan memiliki produk yang selalu baru. Kesimpulan dari
hasil penelitian, konsumen di Factory outlet cenderung memiliki keterlibatan
total yang tinggi, sedangkan di Pusat perbelanjaan keterlibatannya relatif
rendah.Faktor-faktor yang mempengaruhi keterlibatan konsumen adalah faktor
materialisme, kegunaan produk, inovasi , faktor stimulan dan faktor situasi.
Hasil penelitian menunjukkan pola kausalitas antara faktor anteseden
keterlibatan dengan keterlibatan iklan, keterlibatan produk dan keterlibatan
keputusan pembelian. Keterlibatan iklan dipengaruhi nyata oleh faktor inovasi,
faktor dan stimulan. Keterlibatan Produk dipengaruhi nyata oleh faktor inovasi
dan stimulan. Keterlibatan keputusan pembelian dipengaruhi nyata oleh faktor
stimulan dan materialisme. Faktor situasi cenderung menurunkan keterlibatan
iklan, keterlibatan produk dan keterlibatan keputusan pembelian. Pada variabel
materialisme pandangan atas kesuksesan menjadi faktor dominan, sedangkan dari
variabel kesan orang lain atas kepemilikan barang dan kenyamanan atas
kepemilikan barang merupakan faktor yang paling dominan. Untuk variabel inovasi
faktor yang paling dominan adalah pencarian informasi, sedangkan bantuan dengan
kejelasan informasi dan kelengkapan produk menjadi faktor dominan dari stimulan
yang menjadi anteseden keterlibatan. Kemudian untuk variabel situasi pembelian
yang menjadi faktor dominan adalah membeli pakaian karena menariknya tempat
membeli. Keterlibatan iklan dan keterlibatan pengambilan keputusan berpengaruh
signifikan pada perilaku pembelian. Keterlibatan produk turut mempengaruhi
perilaku pembelian, namun tidak signifikan. Strategi pemasaran yang perlu
dikembangkan dalam rangka meningkatkan keterlibatan konsumen pakaian kota
Bandung adalah mengintegrasikan program pemasaran dengan mendorong terjadinya
inovasi terus menerus, sehingga produk yang ditawarkan selalu baru.
17.
BENTUK
KETERLIBATAN DAN HASIL KONSUMEN
Keterlibatan pembelian yang rendah
dimana konsumen tidak mempertimbangkan kepentingan produk dalam sistem
kepercayaannya dan tidak begitu memperhatikan identifikasi suatu produk.
Pemasar mencoba untuk menciptakan keterlibatan konsumen dengan produknya karena
keterlibatan konsumen akan cenderung kepada kesetiaan merek dan mencegah
konsumen mencari produk saingan. Permasar mencoba menciptakan keterlibatan
dengan differensiasi merek melalui pencari periklanan yang bisa memenuhi
kebutuhan pembeli. Contoh untuk jenis sereal untuk dewasa pada mulanya adalah
produk dengan keterlibatan yang rendah, setelah Kellog memulai menambah nutrisi
dan manfaat kesehatan maka tingkat keterlibatan meningkat..
Tiga Teori Dasar Pemahaman Tingkat
Pengambilan Keputusan yang Rendah :
- Theory of passive learning (Krugman); menyatakan bahwa apabila konsumen tidak terlibat, konsumen tidak melakukan evaluasi secara kognitip terhadap pesan periklanan. Eksposur periklanan dapat terjadi tanpa recalldan luas.
- Theory of social judgement (Sherif), menyatakan bahwakondisi keterlibatan yang rendah, konsumen mempertimbangkan beberapa merek, dan dalam mengevaluasi merek menggunakan sedikit atribut.
- The Elaboration likelihood model ( Petty & Cacioppo’s)menyatakanbahwa ketidakterlibatan konsumen merupakan reaksi kepada dorongan tanpa pesan dalam komunikasi daripada pesan itu sendiri.
Perbandingan Hirearkhi Tingkat
Keterlibatan Tinggi dan Rendah
Hirearkhi Keterlibatan Rendah
|
Hirearkhi Keterlibatan Tinggi
|
1. Kepercayaan merek dibentuk
pertama dari passive learning
|
1.Kepercayaan merek dibentuk
pertama dari active learning
|
2. Keputusan membeli
|
2. Evaluasi merek
|
3. Evaluasi merek sesudah
pembelian mungkin dilaksanakan mungkin tidak
|
3. Keputusan membeli
|
Empat Tipe Perilaku Konsumen
Berdasarkan pada tingkat
keterlibatan dan pengambilan keputusan ada empat tipe perilaku konsumen :
Proses keterlibatan tinggi :
1. Pengambilan keputusan yang
kompleks
2. Kesetiaan merek
Proses keterlibatan rendah :
1. pengambilan keputusan terbatas,
dan
2. Inertia.
Pada gambar berikut menunjukkan
bahwa setiap proses dijelaskan dengan efek hirearkhi yang berbeda. Proses
keterlibatan tinggi dan rendah juga dijelaskan dengan teori pembelajaran yang
berbeda berdasar hierarkhi keputusan.
|
Implikasi Strategi Pengambilan
Keputusan Keterlibatan Kepentingan Rendah
Implikasi pengambilan keputusan
dengan tingkat keterlibatan yang rendah terhadap pengembangan strategi
pemasaran, beberapa pertanyaan strategi muncul :
- Haruskah pemasar berusaha membuat konsumen lebih terlibat terhadap suatu produk dengan tingkat keterlibatan yang rendah ?
- Haruskah pemasar merek yang tidak terkenal mengambil konsumen untuk menggeser dari perilaku inertia ke pencari variasi ?
- Haruskah pasar dikelompokkan berdasar tingkat keterlibatan konsumen ?
Pengaruh pertama terhadap pilihan konsumen adalah dorongan. Dorongan
merupakan reaksi terhadap informasi yang diterima konsumen. Proses informasi
terjadi ketika konsumen mengevaluasi informasi dari periklanan, teman, atau
pengalaman sendiri terhadap suatu produk.
Pengaruh yang kedua dan pengaruh sentral atas pilihan konsumen adalah konsumen.
Konsumen digambarkan dengan variabel pemikiran dan karakteristik. Variabel
pemikiran konsumen adalah faktor kognitip yang mempengaruhi pengambilan
keputusan. Tiga tipe variabel pemikiran berperan secara esensial dalam
pengambilan keputusan : (1) persepsi karakteristik merek (2) sikap lanjutan
terhadap merek (3) manfaat keinginan konsumen.
Karakteristik konsumen adalah variabel seperti demografis, gaya hidup, dan
karakteristik personalia yang digunakan untuk menggambarkan konsumen. Manajer
pemasaran pertama menetukan apakah karakteristik tersebut berhubungan atau
tidak terhadap perilaku kemudian menggunakan pengetahuan itu untuk mempengaruhi
perilaku.Contoh bila pengguna nutrisi dewasa cenderung menjadi muda,
berpenghasilan tinggi, berpendidikan, maka pesan iklan dirancang untuk
menyesuaikan terhadap grup tersebut.
Pengaruh ketiga atas pilihan konsumen adalah respon konsumen adalah hasil
akhir proses keputusan konsumen dan merupakan pertimbangan integral seluruh
buku ini. Respon konsumen umumnya berkenaan terhadap pilihan merek, namun bisa
juga berkenaan terhadap pilihan kategori produk, pilihan toko, pilihan media
komunikasi (mencari informasi dari TV ,radio atau membaca majalah).
18. MENGUKUR
KETERLIBATAN KONSUMEN
Dalam mengukur keterlibatan konsumen dalam
pengambilan keputusan,khususnya dalam memutuskan untuk membeli atau tidak
membeli produk yang di hasilkan perusahaan, perusahaan hendaknya harus
memikirkan bagaimana konsumen dapat tertarik dan membeli produknya.
Caranya adalah,perusahaan harus mampu mengukur
kemampuan daya beli masyarakat,khususnya masyarakat tingkat bawah.
19. PERTANYAAN
DAN KAJIAN DISKUSI
Dalam memberikan kepuasan terhadap produk yang
dihasilkan perusahaan, hendaknya perusahaan harus selalu berinovasi dan siap
mendengarkan saran dan kritikan dari konsumen.
SUMBER :
(http://core.kmi.open.ac.uk/display/12354731)
(http://globallivebook.blogspot.com/2013/07/prinsip-prinsip-belajar-yang-terkait.html)
NAMA : RUTH APRIYANA TRI AYU
NPM : 19211500
KELAS : 3EA17
terima kasih bro asli, mohon ijin copas dikit untuk tugas yah bro
BalasHapus